Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Mengajar Tanpa Mendidik: Punya Ilmu Tanpa Rasa Malu

Kompas.com - 20/01/2020, 11:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Apabila proses pendidikan menyertakan aspek aksiologi, maka semua jungkir balik inovasi epistemologi tidak akan terjebak dalam masalah-masalah moral, etik dan sosial.

Menyelesaikan masalah gizi buruk misalnya, akan menyisakan pekerjaan rumah besar dan berat jika yang dikejar hanya soal anak kurus dijadikan berisi, dan ibu-ibu hamil mesti patuh minum tablet tambah darah.

Tapi sasaran program sama sekali tidak memahami mengapa nutrisi itu penting dan bagaimana abstraksi masa depan bisa dibangun dimulai dari keluarga sadar gizi. Yang ada justru kian banyak pihak yang berlomba-lomba jualan menggunakan tagar cegah stunting.

Aksiologi menyadarkan manusia tentang kebaikan yang hakiki, menjadi malu jika punya harta banyak tapi miskin akhlak. Sebab, harta tanpa kejelasan pranata akan menjadi senjata makan tuan.

Baca juga: Apa Benar Kanker Tidak Diketahui Penyebabnya?

Mengajarkan orang untuk bisa bekerja dan mencari uang tanpa keutamaan karakter akhirnya membuat Indonesia akan selalu terjerat dalam istilah ‘middle income trap’.

Bonus demografi dengan ledakan penduduk usia kerja yang hanya mementingkan diri sendiri, sikap-sikap hedonisme yang amat mencuat di media sosial, menjadi pukulan kontraproduktif.

Bencana alam beruntun tanpa ampun, yang tak pernah disertai keseriusan tanggap bencana sebagai upaya preventif akhirnya membahayakan ‘middle income trap’ untuk merosot ke jurang kemiskinan sekaligus didera masalah kesehatan dan kualitas kerja.

Bisa dibayangkan chaos menjadi amat mungkin terjadi: saat yang miskin dan sakit berteriak menuntut hak tanpa tahu kewajiban, sementara yang tajir melintir semakin garang mencari uang, takut jika tergelincir hidupnya kocar-kacir.

Baca juga: Kasihan, Orang Sakit Bebannya Selangit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com