Bantulah anak untuk menemukan dan mengeksplorasi kelebihannya agar anak memiliki pandangan yang baik terhadap dirinya, lebih percaya diri, dan mampu menghadapi lingkungannya dengan baik.
2. Dukung minat dan bakat anak
Hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan diri anak dan membuat dirinya merasa mahir di bidang tersebut.
Sehingga, ketika suatu saat anak menjadi korban bullying dan dijauhi sekelompok anak tertentu, dia cenderung tak memandangnya sebagai masalah, dan bisa bergaul dengan teman-temannya yang lain.
Baca juga: Yang Harus Dilakukan Orangtua saat Anak Alami Cyber Bullying
3. Ajar anak mengatakan tidak
Anak korban bullying seringkali ada di posisi yang tidak berdaya dan cenderung tidak bisa menolak perlakuan buruk terhadapnya.
Untuk mencegah hal itu, orangtua bisa mengajari anak untuk berani mengatakan "tidak".
"Jadi ketika diperlakukan tidak baik, dia bisa bilang bahwa dia tidak suka diperlakukan begitu," kata Ayoe.
4. Beri dukungan penuh
Orangtua juga perlu terus menekankan pada anak, mereka akan terus mendukung anak, apapun kondisinya.
Buat anak merasa nyaman untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya di luar.
Sehingga ketika anak berhadapan dengan seseorang, mereka tahu akan selalu mendapatkan dukungan dan diterima oleh orangtuanya.
5. Mencegah anak jadi pelaku
Ayoe menjelaskan, seringkali pelaku bullying merupakan korban bullying. Maka hal yang perlu dilakukan adalah mencegah anak menjadi pelaku bullying.
Caranya adalah membentuk konsep diri yang bagus pada anak. Tanamkan dalam diri anak bahwa mereka bisa menjadi hebat tanpa harus menjatuhkan dan merendahkan orang lain.
Baca juga: Cyber Bullying Bisa Memicu Keinginan untuk Bunuh Diri
"Itu juga dibangun di rumah, dengan diterima dan dicukupi secara emosi, itu akan membuat anak merasa cukup dan terpenuhi sehingga dia enggak perlu merendahkan orang lain untuk menjadi lebih hebat," ungkapnya.
6. Bangun rasa empati
Membangun rasa empati pada diri anak juga bisa mencegah diri menjadi pelaku bullying.
Ayoe menyarankan orangtua untuk sering mengajak anak melihat orang-orang dengan kondisi kehidupan yang lebih sulit, dan mengajak mereka untuk mau berbagi.
Buat anak mau mengungkapkan pendapatnya jika berada pada posisi orang yang mengalami kesulitan.
Misalnya, dalam kasus bullying. Buat anak berpikir jika mereka ada di posisi korban bullying, dan tanyakan apa yang mungkin mereka rasakan jika ada di posisi korban.
"Hal-hal seperti itu dipancing dari anak sehingga anak punya rasa empati. Sehingga ketika dia mau melakukan sesuatu dia punya pakem: “oh iya ya kalau saya digituin, saya juga enggak mau," katanya.
Rasa empati terbangun tidak dalam waktu singkat. Empati perlu ditanamkan secara terus menerus dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Membentuknya tidak sehari-dua hari, tapi tidak ada kata terlambat untuk membentuknya," kata Ayoe.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.