Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2020, 16:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor


CIREBON, KOMPAS.com - Anak bertubuh pendek karena kurang gizi kronis. atau disebut stunting, terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu akan kecukupan gizi anak. Stunting dapat memengaruhi fisik dan juga kecerdasan anak.

Pola asuh yang salah, terutama dalam pemberian makanan bernutrisi pada tiga tahun pertama usia anak, tidak hanya ditemukan pada orangtua dengan tingkat pendidikan rendah, tetapi juga masyarakat perkotaan yang lebih mampu.

"Kalau pada masyarakat perkotaan, biasanya karena ayah dan ibunya bekerja, lalu anak dititipkan ke pengasuh yang kurang paham tentang gizi anak," kata dr.Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein Sp.PD, disela acara #IndonesiaSIAP yang diadakan oleh Frisian Flag Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional di Cirebon (25/1).

Ia menjelaskan, di Kabupaten dan Kota Cirebon, angka anak stunting berkisar antara 9-10 persen. Padahal, menurutnya kader Posyandu dan Puskesmas sudah cukup aktif, tapi banyak masyarakat yang tidak rutin melakukan penimbangan berat badan anaknya.

Pengukuran tinggi badan dan menimbang berat badan setiap bulan diperlukan untuk memantau tumbuh kembang anak.

Baca juga: Mengapa Remaja Perlu Tahu Bahaya Stunting?

Stunting terjadi karena kurangnya asupan energi dan protein hewani pada anak atau pun infeksi.

"Asam folat dan zat besi juga merupakan zat gizi penting untuk dipenuhi sejak usia remaja atau usia subur. Edukasi dan pemahaman kesehatan reproduksi, termasuk kecukupan gizi, sejak remaja dapat membantu lahirnya generasi unggul di masa mendatang, termasuk di dalamnya terbebas dari stunting," kata dokter yang menjadi Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cirebon itu.

Stunting pada anak tidak hanya mempengaruhi fisiknya, yaitu anak bertubuh pendek dan daya tahan tubuhnya rendah, tetapi juga psikososialnya.

"Kemampuan kognitif atau kecerdasarannya terntu terganggu. Konsentrasi anak juga kurang sehingga komunikasi kurang baik. Ada barrier yang cukup besar dengan orang di sekeliling. Jadi, akibat stunting ini cukup sistemik," katanya.

Peserta program Indonesia SIAP untuk meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui kegiatan edukasi dan literasi gizi yang diadakan di Cirebon, Sabtu (25/1/2020).Dok Frisian Flag Indonesia Peserta program Indonesia SIAP untuk meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui kegiatan edukasi dan literasi gizi yang diadakan di Cirebon, Sabtu (25/1/2020).

Protein hewani

Dijelaskan oleh perwakilan Pergizi Pangan Indonesia, dr.Mira Dewi MSi, anak harus mendapatkan cukup protein hewani karena memiliki mutu protein yang lebih baik dibanding protein nabati.

"Sumber protein hewani yang bisa dikonsumsi seperti daging ayam, sapi, telur, atau susu. Untuk seafood sebenarnya bagus juga, tetapi kebanyakan anak-anak alergi," ujarnya dalam acara yang sama.

Selain mengandung protein, daging, susu, atau telur, lanjut Mira, juga mengandung zat besi untuk mencegah anemia.

"Status zat besi wanita di Indonesia, termasuk remaja putri, masih sangat rendah. Itu sebabnya pemerintah sekarang melakukan pemberian tablet tambah darah," katanya.

Baca juga: Ibu Menyusui Wajib Perhatikan Asupan Nutrisi

Indonesia Siap

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com