Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanitasi Buruk Memicu Diare dan Cacingan pada Anak

Kompas.com - 02/02/2020, 09:59 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Sanitasi yang buruk, misalnya saja tidak mempunyai toilet dan saluran pembuangan yang layak, masih menjadi permasalahan yang besar baik di Indonesia maupun di dunia. Sanitasi yang buruk tersebut menjadi penyumbang meningkatknya penyakit diare, dengan korban terbanyak adalah anak-anak.

Setidaknya ada empat dampak sanitasi buruk pada kesehatan, antara lain penyakit diare, tifus, polio, dan cacingan.

Data sanitasi di Indonesia memang masih jauh dari ideal. Menurut data WHO/UNICEF tahun 2012, Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia yang penduduknya masih mempraktikkan buang air besar sembarangan (BABS).

Data terbaru dari Kementrian Kesehatan RI menunjukkan, masih ada 8,6 juta rumah tangga yang anggota keluarganya mempraktikkan BABS per Januari 2020.

Keadaan ini menyebabkan sekitar 150.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun karena diare dan penyakit yang disebabkan sanitasi buruk.

“Di Indonesia, hampir 28 juta orang kekurangan air bersih dan 71 juta orang tidak punya akses ke fasilitas sanitasi yang baik. Bagi jutaan keluarga yang berpenghasilan rendah, sambungan atau sumur air baru dan toilet yang baik tidak dapat dijangkau sehingga dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak,” kata Operations Director Water.org Indonesia, Don Johnston, dalam acara di Jakarta (31/1).

Baca juga: Penanganan Pertama untuk Mengatasi Diare

Untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya sanitasi dan membantu mengentaskan masalah BABS di Pulau Jawa, Harpic produk pembersih toilet bekerja sama dengan Water.org, SATO dan Koperasi Simpan Pinjam Mitra Dhuafa (KOMIDA) meluncurkan kampanye Aksi Toilet Bersih.

"Kami memilih Pulau Jawa sebagai fokus utama karena pulau ini memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia dan sanitasi buruk terbanyak berasal di Pulau Jawa, yaitu 4.5 juta rumah tangga masih mempraktekan BABS," jelas General Manager Reckitt Benckiser Hygine Home Indonesia, Karim Kamel.

Dari kiri ke kanan, presenter Darius Sinathrya, Karim Kamel, GM Reckitt Benckiser Hygiene Home Indonesia; Sugeng Priyono, Direktur KOMIDA; Luis Ramirez, Marketing Director Reckitt Benckiser Hygiene Home Indonesia; Don Johnston Operational Director water.org.Renna Yavin Dari kiri ke kanan, presenter Darius Sinathrya, Karim Kamel, GM Reckitt Benckiser Hygiene Home Indonesia; Sugeng Priyono, Direktur KOMIDA; Luis Ramirez, Marketing Director Reckitt Benckiser Hygiene Home Indonesia; Don Johnston Operational Director water.org.

Ia menambahkan, setelah 2025, kampanye ini akan dilanjutkan ke pulau-pulau lain di Indonesia.

Kampanye yang dimulai sejak 27 November sampai 30 Desember 2019 ini mengajak konsumen untuk ikut berdonasi dengan membeli 2 produk Harpic. Kampanye tersebut berhasil mengumpulkan 3.545 produk yang didonasikan kepada KOMIDA.

“Kampanye ini tidak hanya sekadar membeli dan mendonasikan produk, tetapi juga memberikan akses terhadap toilet dan sanitasi bersih bagi saudara yang membutuhkan," ujar Marketing Director Reckitt Benckiser Hygine Home Indonesia Luiz Ramirez.

(Renna Yavin)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com