Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/02/2020, 13:08 WIB

KOMPAS.com – Rokok elektronik atau vape selama ini dipasarkan sebagai alternatif rokok konvensional yang lebih sehat. Namun, bukti-bukti belakangan ini menunjukkan vape tidak lebih sehat, bahkan diketahui dapat menyebabkan Evali yang bisa berakibat fatal.

Evali, (singkatan dari e-cigarette or vaping, product use associated lung injury) merupakan penyakit paru akut yang disebabkan oleh menghirup aerosol (biasanya berasal dari rokok elektronik atau pena vape.

Memang para ahli belum yakin benar penyakit ini akibat vape, tetapi 80 persen pasien Evali mengaku merupakan perokok vape yang mengandung tetrahydrocannabinol (THC) atau cannabidiol (CBD).

Gejala Evali seperti infeksi paru, yaitu demam, kelalahan, sulit bernapas sehingga butuh alat bantu napas dan perawatan di ruang intensif. Penyakit ini juga memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penyakit ini masih terdengar asing, tetapi pada Desember 2019 Pusat Pengendalian Penyakit (CDC AS) melaporkan ada lebih dari 40 kematian yang terkait dengan penggunaan vape secara berlebihan.

Untuk memastikan apakah gejala gangguan paru yang dirasakan adalah Evali, perlu dilakukan pemeriksaan rontgen.

Para ahli menduga peningkatan itu terjadi karena meluasnya legalisasi ganja dan masyarakat menganggap merokok vape sebagai hal yang biasa.

Baca juga: Menyelisik Pro Kontra Dampak Vape untuk Kesehatan...

Walau dinamakan “rokok” namun cairan vape yang dipakai tidak cuma nikotin, tapi juga perasa, bahkan ganja. Penelitian terbaru juga menemukan ada produk cairan vape yang mengandung vitamin E asetat dalam dosis tinggi.

Vitamin E memang tidak berbahaya, tetapi cairan mirip minyak yang diklaim mengandung vitamin E ini terkait erat dengan gejala penyakit paru.

Faktor yang mencemaskan dari fenomena ini adalah banyak pengguna vape adalah remaja. Pemakaian ganja dan nikotin pada remaja dapat memicu gangguan memori dan merusak perkembangan otak.

Selain itu, kebiasaan untuk menghisap vape pun akan sulit dihilangkan. Orang muda yang menggunakan rokok elektronik cenderung akan merokok rokok konvensional di kemudian hari. Itu sebabnya CDC menghimbau untuk menghindari rokok elektronik, terutama pada remaja.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com