Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilihan Bunyi Alarm Pengaruhi Performa Seseorang, Apa Alasannya?

Kompas.com - 04/02/2020, 08:38 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Eurekalert

KOMPAS.com - Bagi kebanyakan orang, alarm dianggap sebagai cara paling efektif untuk membangunkan di pagi hari.

Namun, mungkin tak banyak yang memberi perhatian khusus pada bunyi alarm yang dipilihnya.

Tahukah kamu bahwa bunyi alarm yang kita pilih -apakah bunyi "beep beep" atau musik- bisa berdampak pada performa kita di pagi hari?

Baca juga: Tekan Snooze pada Alarm Buruk bagi Kesehatan, Apa Alasannya?

Seperti dilansir dari EurekAlert, sebuah studi yang dilakukan oleh RMIT University menemukan bahwa alarm dengan nada melodis bisa meningkatkan level kewaspadaan, sedangkan alarm berbunyi kasar cenderung membuat kita lebih merasa pusing dan lemah ketika bangun.

Penelitian yang dipublikasikan di PLoS One ini bisa memberi implikasi penting terhadap orang-orang yang langsung ingin meningkatkan performanya sesaat setelah bangun tidur, seperti pekerja shift dan responden darurat.

Penulis utama studi, yakni peneliti doktoral RMIT Stuart McFarlane mengatakan, rasa pusing dan lemah ketika bangun atau sleep inertia adalah masalah serius di era modern saat ini, di mana orang-orang seolah terjaga selama 24 jam.

Menurutnya, jika kita tidak bisa bangun tidur secara tepat, performa kerja kita bisa menurun untuk periode hingga empat jam dan kondisi itu bisa menyebabkan kecelakaan.

Baca juga: Suara Ibu adalah Alarm Paling Ampuh

"Kita mungkin berasumsi bahwa alarm dengan bunyi "beep beep" akan membuat lebih cepat bangun dan meningkatkan kewaspadaan, namun data menunjukkan bahwa alarm melodis bisa menjadi elemen kunci. Hal ini tak terduga," katanya.

Meskipun masih dibutuhkan penelitian lainnya untuk memahami kombinasi yang tepat tentang melodi dan ritmis, penelitian ini cukup memberi kesimpulan bahwa bunyi yang kita pilih untuk alarm berkaitan dengan efeknya.

"Hal ini sangat penting terutama bagi orang-orang yang bekerja pada situasi berbahaya sesaat setelah terbangun, misalnya pemadam kebakaran atau pikot, tetapi juga untuk orang-orang yang perlu segera meningkatkan kewaspadaannya, seperti saat akan berkendara ke rumah sakit pada situasi darurat," ungkap McFarlane.

Penelitian ini melibatkan 50 partisipan dan menggunakan survei online yang didesain khusus agar mereka bisa berkontribusi terhadap studi dari jarak jauh, yakni dari tempat mereka biasa tidur di rumahnya.

Setiap orang memasukkan tipe suara alarm yang mereka gunakan untuk bangun tidur, kemudian memberi penilaian pada level pusing dan kewaspadaan terhadap kriteria sleep inertia yang sudah terstandar.

Baca juga: Mengapa Anda Terbangun 5 Menit Sebelum Alarm Berbunyi?

Penulis studi lainnya dari School of Media and Communication and Digital Ethnography Research Centre RMIT mengatakan, penelitian ini bisa berkontribusi terhadap desain intervensi yang lebih efisien bagi orang untuk digunakan pada perangkat mereka sendiri agar dapat bangun dengan benar.

"Studi ini penting, karena bahkan para astronot NASA pun melaporkan bahwa sleep inertia memengaruhi kinerja mereka di International Space Station," kata Dyer.

Mereka menilai, suara alarm kasar "beep beep" di pagi hari dapat mengganggu atau mengacaukan aktivitas otak ketika seseorang bangun tidur.

Sementara alarm dengan melodis bisa membantu seseorang melalui masa transisi dari tidurnya melalui cara yang lebih efektif.

"Jika kita dapat terus meningkatkan pemahaman kita tentang hubungan antara suara dan keadaan terjaga, mungkin ada potensi untuk aplikasi di banyak bidang, terutama dengan kemajuan terbaru dalam teknologi tidur dan kecerdasan buatan," ujarnya.

Baca juga: Sering Pusing Saat Bangun Tidur? Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Eurekalert
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com