Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/02/2020, 11:55 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Huffpost

KOMPAS.com - Dari banyak masalah sederhana yang mengganggu tubuh manusia, cegukan mungkin salah satu yang paling aneh.

Cegukan biasanya menyerang pada waktu yang tidak tepat --sebelum presentasi besar di tempat kerja, misalnya-- dan berlangsung antara dua menit hingga 48 jam dalam kasus yang parah.

Cegukan dapat terasa lucu sekaligus menyakitkan. Kemungkinan kita mencoba menghilangkannya lewat beberapa cara kuno.

Seperti meminta seseorang mengageti kita, menahan napas, hingga minum segelas air dingin.

Namun, apakah cara tersebut benar-benar berhasil? Jika tidak, adakah metode yang dapat dilakukan?

Hal yang bisa memicu cegukan

Sebelum menuju pada pengobatan, kita perlu menelaah penyebab cegukan. Apakah cegukan benar-benar terjadi secara acak? Jawabannya mungkin benar demikian.

"Alasan di balik cegukan adalah salah satu yang tidak diketahui di dunia kesehatan," kata Michael Richardson, penyedia layanan primer dan direktur di One Medical.

"Sebagian besar teori berpusat pada 'lengkungan refleks cegukan,' yang meliputi saraf frenikus dan saraf vagus, serta beberapa saraf lain yang mengaktifkan otot di tubuh kita."

Saraf frenikus adalah saraf yang berasal dari leher dan melewati antara paru-paru dan jantung untuk mencapai diafragma.

Sedangkan, saraf vagus merupakan saraf terpanjang dari sistem saraf otonom dan mempunyai fungsi terpenting dalam tubuh manusia.

"Jika busur refleks ini mengalami iritasi, baik karena trauma atau peradangan, itu dapat memicu cegukan."

Masalahnya, pemicu cegukan berbeda-beda pada setiap orang, itulah yang menyebabkan cegukan tampak begitu acak.

Bisa jadi busur refleks teman kita teriritasi oleh makanan pedas dan minuman berkarbonasi, dan kita terganggu oleh stres di tempat kerja.

Jika ingin mencari tahu mengapa cegukan terjadi, yang terbaik adalah memperhatikan pola apa pun di sekitar kita yang memicu cegukan.

Halaman:
Sumber Huffpost
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com