Kemudian soal adaptasi, olahraga ini terkenal sangat fleksibel. HIIT bisa dilakukan di mana saja. Ini menjadi sangat penting jika kita tidak memiliki akses ke gym konvensional.
Kamar hotel, taman, ruang kantor - bahkan ruang tamu- semua dapat dipakai menjadi tempat latihan HIIT.
Untuk menurunkan berat badan, segala bentuk pelatihan dapat bekerja efektif selama kita menerapkan konsistensi.
Baca juga: HIIT Bisa Bikin Sembelit, Apa Alasannya?
Apa yang lebih penting adalah mengambil diet dan menciptakan defisit kalori, di mana kita membakar lebih banyak kalori, daripada apa yang kita konsumsi.
Lalu, jika tujuan utama berlatih untuk mendapatkan otot, maka mungki HIIT bukan olahraga yang terlalu tepat untuk itu.
HIIT yang berlebihan malah bisa menghalangi terbangunnya otot. Sebab, dengan gaya latihan yang sangat intens, kemungkinan terkena DOMS (delayed onset muscle soreness) menjadi tinggi.
Ini berarti kita tidak akan bisa mengenai kelompok otot yang disasar dengan penekanan yang kita inginkan seperti yang dilakukan di gym.
Risiko cidera pun perlu dipertimbangkan. Intensitas tinggi dari setiap latihan selalu membawa unsur risiko.
Kondisi ini meningkat ketika kita memasukkan lifting yang memberi tekanan pada sendi dan tendon.
Baca juga: Mana yang Paling Efektif, Sprint, HIIT atau Lari Intensitas Moderat?
Latihan gabungan seperti squat, cleans, dan deadlift sangat jarang digunakan dalam menu latihan HIIT karena pertimbangan ini.
Kesimpulan
Baik HIIT maupun olahraga konvensional lain, memiliki dampak bagi kesehatan, termasuk dalam usaha menurunkan berat badan, membangun otot tanpa lemak, atau menjadi lebih bugar.
Nah, jenis mana yang akan dipilih tentu akan amat bergantung para preferensi dan gaya hidup pelakunya.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan