KOMPAS.com - Di tahun 2019 lalu, model olahraga dengan latihan interval intensitas tinggi (HIIT) telah tercatat sebagai salah satu tren aktivitas kebugaran tertinggi, berdasarkan survei tahunan American College of Sports Medicine.
Salah satu faktor utamanya karenaHIIT adalah cara yang bagus untuk meningkatkan tingkat kebugaran, dan membakar lebih banyak kalori dalam waktu yang relatif singkat.
Sesuai definisinya, HIIT adalah latihan kardio intensitas tinggi dengan kombinasi gerakan yang dilakukan dalam durasi singkat, mulai dari 5-20 menit.
Kelebihan ini menjadikan HIIT menjadi pilihan populer bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan ataupun mendapatkan tubuh yang bugar.
Baca juga: Merasa Terhukum Saat Lakukan HIIT? Coba Olahraga Intensitas Rendah
Lalu, jika mempertimbangkan segi hasil, maka perempuan yang memiliki kelebihan berat badan atau bahkan obesitas yang melakukan tiga sesi HIIT mingguan bisa mengalami dampak signifikan dengan HIIT.
Tercatat, mereka bisa kehilangan lebih dari tiga kilogram di akhir minggu ke-15, berdasarkan penelitian International Journal of Obesity.
Namun demikian, di saat HIIT menjadi pilihan latihan yang terkesan hebat dan efisien, olahraga ini ternyata tidak cocok untuk semua orang.
Ada setidaknya lima kelompok/tipe orang yang -mungkin, tak cocok melakukan HIIT.
Olahraga model ini akan memberi tekanan besar pada jantung.
"Olahraga ini meningkatkan kebutuhan jantung dan sistem kardiorespirasi untuk mengirimkan oksigen ke otot-otot yang sedang bekerja."
Begitu kata peneliti HIIT Yuri Feito, Ph.D., associate professor ilmu olahraga di Kennesaw State University.
Baca juga: Hindari, 6 Kesalahan Umum Saat Melakukan HIIT
Dengan olahraga intensitas tinggi, kebutuhan akan oksigen meningkat.
Memang, umumnya, tekanan semacam ini bakal menyebabkan jantung menjadi lebih kuat. Namun, --dalam kasus yang jarang terjadi, olahraga ini pun bisa menyebabkan jantung bekerja lebih keras dari yang seharusnya.
Pada akhirnya, dampaknya bisa mengarah kepada risiko seputar itu, misalnya serangan jantung.
Lalu, risiko tersebut akan meningkat pada mereka yang merokok atau memiliki tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, gula darah tinggi, atau riwayat keluarga penyakit jantung.