Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Kematian Akibat Virus Corona Lebih Tinggi pada Pria

Kompas.com - 19/02/2020, 06:15 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Pria rupanya memiliki risiko kematian lebih tinggi daripada wanita jika mereka mengidap virrus corona, demikian kesimpulan peneliti Cina dalam studi terbesar terkait wabah ini.

Pada penelitian yang diterbitkan itu, analis mempelajari 72.314 catatan pasien dari Chinese Center for Disease Control and Prevention.

Catatan merinci 44.762 kasus dari virus corona, 16.186 kasus dicurigai, dan 889 kasus di mana pembawa virus corona tidak menunjukkan gejala.

Baca juga: Kurangi Pelukan dan Ciuman Bisa Cegah Penyebaran Corona?

Pasien dikategorikan ke dalam tiga kelompok dari gejalanya, yaitu ringan, berat, dan, kritis.

Sebagian besar kasus dicatat pada orang berusia 30 hingga 69 tahun, menurut penelitian.

Kebanyakan dari mereka yang didiagnosis dengan virus corona --secara resmi bernama COVID-19-- telah dilaporkan "paparan dari Wuhan".

Sementara 81 persen dari kasus yang dikonfirmasi telah diklasifikasikan sebagai kasus ringan.

Berdasarkan temuan, hanya 4,7 persen kasus mencapai status "kritis", yang berarti pasien mengalami gejala seperti gagal napas, shock septik, dan disfungsi beberapa organ.

Namun, data menunjukkan, setengah dari kasus yang dikategorikan kritis telah berakibat fatal.

Baca juga: Benarkah Flu Musiman Lebih Buruk Dibanding Virus Corona?

Data CCDC juga mengungkap, tingkat kematian lebih tinggi di antara pria ketimbang wanita.

Para petugas mencatat, tingkat kematian sebesar 2,8 persen untuk pasien pria, dan 1,7 persen pada pasien wanita.

Pasien pria menyumbang 22.981 atau 51 persen dari total kasus yang dikonfirmasi.

Sedangkan virus corona telah menjangkiti 21.691 pasien wanita pada 11 Februari lalu, saat pengumpulan data berakhir.

Simon Clarke, profesor di mikrobiologi seluler, mengatakan perbedaan statistik pada jenis kelamin bisa jadi tidak dikarenakan biologi.

Baca juga: Jaga Kebersihan Tangan, Langkah Sederhana Terhindar dari Virus Corona

"Bisa tergantung pada jenis pria dan wanita yang termasuk dalam analisis, atau mungkin paparan pasien terhadap situasi yang menempatkan pada risiko --itu bukan alasan biologis," kata dia kepada CNBC.

"Kita harus mampu mengecualikan segala macam faktor sosial lain untuk dapat mengatakan ada perbedaan biologis yang nyata."

Siapa yang paling berisiko terkena virus corona?

Orang lanjut usia dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya paling berisiko tertular COVID-19, catat para peneliti.

Tingkat fatalitas kasus meningkat seiring bertambahnya usia, dengan 14,8 persen kasus pada orang di atas usia 80 tahun mengakibatkan kematian.

Pasien berusia 70 - 79 tahun memiliki tingkat kematian 8 persen, sedangkan tingkat kematian orang berusia 60 - 69 tahun berada pada angka 3,6 persen.

Baca juga: Benarkah Penularan Virus Corona Bisa Dicegah dengan Alkohol dan Bawang Putih?

Para peneliti menghitung tingkat kematian secara keseluruhan sebesar 2,3 persen, dengan total 1.023 kematian tercatat di antara kasus yang dikonfirmasi dari virus pada penelitian ini.

Penyakit kardiovaskular adalah kondisi yang telah ada sebelumnya dan paling terkait peningkatan kematian, dengan tingkat kematian 10,5 persen.

Penderita diabetes memiliki tingkat kematian 7,3 persen, sementara frekuensi kematiannya juga lebih tinggi daripada tingkat keseluruhan pada orang dengan penyakit pernapasan kronis, hipertensi, serta kanker.

Pada pasien tanpa masalah kesehatan tertentu, tingkat kematian menurun menjadi 0,9 persen, menurut penelitian.

"Di antara 1.023 kematian, mayoritas telah berusia 60 tahun dan memiliki masalah kesehatan yang sudah ada," kata para peneliti dalam laporan tersebut.

Baca juga: Apakah Virus Corona Dapat Diobati?

Peneliti melihat, hanya orang-orang yang diidentifikasi memiliki gejala kritis yang meninggal dunia, dan virus itu tidak terbukti fatal bagi siapa pun dalam kategori "ringan" atau "berat".

Namun, tingkat kematian pada studi --yang dicapai dari membagi jumlah total kematian dengan jumlah kasus yang dikonfirmasi-- memang berbeda dari perhitungan lainnya.

Beberapa ahli percaya, jumlah total kasus virus corona bisa jauh lebih tinggi dari yang ditunjukkan catatan, di mana akan membuat angka kematian lebih rendah dari perkiraan saat ini.

"Karena pada kebanyakan orang itu relatif ringan, kita tidak tahu berapa jumlah orang yang terjangkit COVID-19."

"Kemungkinan, banyak orang memilikinya dan mereka tidak mengetahui itu," ujar Clarke.

Baca juga: Imbas Virus Corona, Tak Hanya Nike, Adidas Pun Tutup Toko di China

"Tidak ada cara untuk mengetahuinya, kecuali kita menyaring populasi dalam skala besar.

Kepada CNBC "The Exchange", Dr. Ian Lipkin dari Columbia University mengatakan, adalah hal yang tidak mungkin untuk menentukan tingkat kematian resmi.

Tingkat kematian resmi sulit ditemukan, karena variabel seperti jumlah yang tidak diketahui dari infeksi tanpa gejala, dan berbagai metode diagnosis.

"Perkiraan saya adalah, angka kematian yang tepat akan lebih rendah, mungkin kurang dari 1 persen," kata dia.

Virus corona menghasilkan gejala flu ringan pada sekitar 80 persen, kata pejabat World Health Organization (WHO) pekan lalu.

Sekitar 15 persen dari mereka yang tertular COVID-19 berakhir dengan pneumonia, sementara 3 - 5 persen dari seluruh pasien butuh perawatan intensif.

Pihak berwenang di China mengatakan, ada 1.886 kasus baru virus corona pada hari Senin lalu, sehingga jumlah total kasus yang dikonfirmasi menjadi 72.436 kasus.

Tim peneliti mengingatkan, "dengan banyaknya orang yang kembali dari liburan panjang, China perlu bersiap untuk kemungkinan pantulan epidemi."

Baca juga: Dampak Virus Corona, Masker Jadi Aksesori Wajib di Pekan Mode

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com