Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Daddy Issue”, Mengenali Ciri dan Mengatasinya

Kompas.com - 21/02/2020, 17:33 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber Vice News

KOMPAS.com – Istilah “daddy issue” beberapa tahun terakhir ini sering dipakai, tetapi kebanyakan orang menempatkannya secara kurang tepat. Istilah tersebut biasanya merujuk pada wanita yang punya masalah dalam menjalin hubungan dan menyukai pria lebih tua.

Daddy issue pada dasarnya bukan istilah resmi dalam ilmu psikologi sehingga tidak ada definisi yang baku. Daddy issue juga bisa dialami semua orang, bukan cuma masalah wanita.

“Kebanyakan orang memakai istilah ini untuk menyederhanakan ‘kebutuhan keterikatan’ seorang wanita,” kata psikoterapis bersertifikat Amy Rollo seperti dikutip Healthline.

Seorang anak membutuhkan orang dewasa yang bisa diandalkan dalam hidupnya untuk membentuk ikatan yang aman.

“Jika hal ini tidak bisa didapatkan, kebanyakan orang akan membentuk gaya hubungan menghindar atau cemas dengan sebuah ikatan. Jika seorang anak tidak punya figure ayah dalam hidupnya, ini akan menyebabkan ia merasa tidak aman dengan hubungannya saat dewasa,” kata Rollo.

Baca juga: Banyak Ibu Alami Galau Pola Asuh Anak karena Terpengaruh Medsos

Pola ikatan yang terbentuk saat anak-anak bisa memengaruhi gaya hubungan yang dimiliki saat dewasa. Model hubungan yang aman terbentuk saat kebutuhan kita di masa kecil dapat dipenuhi oleh orangtua atau yang mengasuh kita.

Orang yang punya hubungan penuh kasih sayang dan aman dengan orangtuanya, cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang percaya diri dan penuh keyakinan. Hubungannya dengan orang terkasih juga lebih awet dan didasari saling percaya.

Menurut psikolog klinis Barbara Greenberg, cara seorang suami memperlakukan istrinya juga akan berpengaruh pada hidup seorang anak.

“Jika ayah memperlakukan ibu dengan buruk, ini juga akan memengaruhi seorang anak perempuan memilih pasangan hidupnya dan juga self-esteemnya,” kata Greenberg.

Hal yang sama juga akan terjadi pada anak laki-laki. Ia akan tumbuh dewasa, menjadi laki-laki dengan perilaku yang sama seperti ayahnya memperlakukan ibunya.

Baca juga: 5 Cara Menjadi Orangtua dengan Penuh Kesadaran

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Sebaliknya, model hubungan yang dipenuhi perasaan tidak aman akan membuat seseorang memiliki ciri antara lain:

- Merasa cemas jika tidak bersama pasangannya
- Butuh banyak penghiburan atau diyakinkan bahwa hubungannya baik-baik saja
- Melihat banyak tanda negatif bahwa hubungannya akan gagal
- Punya kepercayaan diri yang rendah dan tidak bisa mencintai diri sendiri
- Selalu butuh validasi dari pasangan, selalu ingin diyakinkan bahwa ia adalah orang yang paling dicintainya dan ini tak akan pernah cukup.
- Cemburuan dan over-protective.
- Tak bisa hidup jika tak punya pasangan

Baca juga: Pasangan Gampang Cemburu, Pertanda Gangguan Narsistik

Lantas apa yang harus dilakukan jika kita memilih masalah tersebut? Pertama, terimalah. Tak perlu merasa malu. Namun, jika kita ingin memiliki hubungan yang sehat, cobalah untuk melakukan perubahan.

Evaluasi hubungan yang selama ini dijalani, mengapa selalu berakhir tidak bahagia, apakah kita selalu mencari pasangan dengan kualitas yang sama seperti ayah?

Sebagai orang dewasa, kita punya kendali atas hidup kita. Cobalah untuk melepaskan hal-hal di masa lalu. Awali dengan melatih kesadaran pada apa pun pilihan kita dan membuat keputusan yang lebih baik. Berusahalah, maafkan orangtua. Terimalah apa yang sudah terjadi.

Jika dibutuhkan, jangan ragu berbicara dengan profesional seperti psikolog.

Baca juga: 5 Cara Agar Ayah Lebih Terlibat dalam Pengasuhan Anak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Vice News
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com