Jelas, ada banyak dampak atau cost sosial yang harus dikorbankan. Nah, ketika seseorang menghadapinya bersama-sama, akan muncul rasa “senasib dan sepenanggungan”.
Hal yang semula menjadi beban bisa saja mereka tertawakan bersama atau terasa lebih ringan karena ada tempat berbagi.
Artinya, norma sosial adalah bagian dari dinamika pengaruh sosial.
Lingkaran pertemanan dan pengaruhnya
Berbeda dengan kedekatan seseorang dengan saudara kandung atau sepupu yang sudah tergaris sejak lahir, kedekatan antara seorang perempuan dengan sahabat atau kelompok terdekatnya adalah hal yang sukarela.
Ada kesadaran penuh di situ. Artinya, ketika seorang wanita dekat dengan teman sesama jenis, itu karena ada kecocokan sifat dan perilaku. Dari sinilah konsensus sosial bisa terbentuk dengan mudah.
Menariknya, hal ini juga berlaku untuk urusan kehamilan. Ketika seorang perempuan hamil, melahirkan, hingga menyusui untuk pertama kalinya, ada banyak hal yang akan dibagikan dengan teman-temannya.
Tak melulu soal informasi seputar bagaimana proses hamil atau melahirkan, tapi juga emosi dan apa yang mereka rasakan. Pada tahap ini, ada mekanisme yang membuat seorang sahabat bisa merasa ingin melakukan hal yang sama.
Ada 3 mekanisme ‘penularan’ perilaku ini, yaitu:
Social influence
Konsensus dalam satu lingkaran pertemanan dapat berpengaruh terhadap perilaku mereka yang termasuk di dalamnya. Seorang perempuan tak ingin merasa “tertinggal” ketika teman-teman lainnya telah mengemban peran baru sebagai seorang ibu.
Social learning
Ketika seseorang belajar dari temannya, termasuk dalam urusan transisi menjalani peran baru sebagai ibu atau orangtua.
Cost-sharing
Ada keuntungan finansial ketika bisa berbagi atau berkoordinasi dalam urusan mengurus anak atau aktivitas-aktivitas seputar hal tersebut.