Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/02/2020, 10:02 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Memiliki bentuk tubuh ideal merupakan impian banyak orang. Tak heran jika mereka lalu melakukan banyak cara untuk menggapainya.

Salah satu cara yang dilakukan adalah diet dan berolahraga. Lantas, diet apa yang cocok, mengingat banyaknya jenis diet saat ini?

Spesialis Gizi Klinis Bandung Skin Center, A Firmansyah Wargahadibrata mengatakan, ada hal penting yang harus dilakukan seseorang ketika ia memutuskan untuk berdiet.

Baca juga: Diet Mediterania Bikin Usia Hidup Lebih Panjang, Apa Sebabnya?

“Cek kesehatan, terutama fungsi pencernaan. Ada food intolerance gak?” ujar Firman kepada Kompas.com di Bandung, Senin (24/2/2020) kemarin.

Sebab, jika tubuh mengonsumsi makanan intolerance berlebihan dan rutin, maka bisa mengakibatkan leaky gut, yang membuat bakteri dan toksin mudah masuk ke dalam tubuh.

Artinya, kalau pun orang tersebut bisa mengalami penurunan berat badan sesuai dengan yang diinginkan, belum tentu ia memiliki tubuh yang sehat.

“Karena orang selama ini berpikirnya jumlah (kalori) bukan jenis makanan yang dikonsumsi,” tutur dia.

Baca juga: Bercinta Bisa Bakar Kalori, Benarkah?

Untuk mengetahui kondisi kesehatan tubuh, kita harus melakukan medical check up. Selain itu, kita pun disarankan melakukan tes DNA atau nutrigenomic.

Nutrigenomic adalah pemeriksaan genetik yang menghubungkan antara jenis-jenis makanan dengan penyakit degeneratif.

Pemeriksaan ini bisa memperlihatkan intoleransi tubuh seseorang pada jenis makanan tertentu.

Dengan begitu, pola makan dan bentuk olahraga yang akan dianjurkan juga akan lebih cocok, sehingga bisa segera mendapatkan tubuh ideal, sehat, dengan gizi seimbang.

“Kalau sudah tahu kondisi tubuh, diet apapun bisa dilakukan. Tentunya, menyesuaikan dengan apa yang cocok dengan tubuh kita,” imbuh dia.

Baca juga: Perhatikan, Cara Membakar Kalori Saat Mendaki Gunung

Misalnya diet keto. Dalam pemeriksaan DNA akan diketahui, tubuh orang tersebut bisa mengonsumsi banyak lemak atau tidak. Jika tidak, maka bisa dicari alternatif lain.

“Kalau pengin pembentukan badan, badannya harus dibuat sehat dulu. Pencernaan dibuat sehat, baru kemudian pembentukan badan,” tutur dia.

Berdasarkan penelitian, pengurangan berat badan diet yang baik tidak drastis. Caranya dengan mengurangi jumlah kalori. Misal, low carbohydrate ataupun low fat.

Namun bukan berarti, tidak mengonsumsi karbohidrat ataupun minyak sama sekali. Diet yang sehat tetap mengonsumsi karbohidrat sebanyak 50 persen. Kemudian mengonsumsi lemak 20 persen.

“Minyak tetap perlu untuk proses detoksifikasi di hati, meminimalisir racun,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com