Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2020, 08:54 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Lebih dari 80 persen kasus corona yang terkonfirmasi tidak menyebabkan efek yang berat. Demikian kesimpulan penelitian berskala besar di China. Meski begitu, gejala yang ringan juga membuat epidemi virus ini sulit dibendung.

Wabah Covid-19 memang menebar teror di seluruh dunia. Hampir 82.000 kasus dilaporkan dan 3.000 orang meninggal dunia.

Kendati demikian, para ilmuwan dan otoritas kesehatan memastikan satu hal: walau pun virusnya bisa mematikan, tetapi mayoritas orang yang terinfeksi sejauh ini hanya mengalami gejala yang ringan dan bisa sembuh total.

Hal itu penting untuk dipahami untuk mencegah kepanikan global yang tidak perlu dan mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kemungkinan penularan.

“Mayoritas orang sekarang panik, dan sebagian besar malah meningkatkan risiko,” kata pakar virology dari Universitas Hongkong, Dr. Jin Dongyan seperti dikutip New York Times.

Baca juga: Terdeteksi di Indonesia, Berikut Gejala dan Pencegahan Virus Corona

Dari 44.672 kasus corona yang dikonfirmasi di China menyebutkan, hampir 81 persen kasus bersifat ringan. Demikian menurut studi yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

Ringan dan Kritis

Kasus Covid-19 dianggap ringan jika tidak melibatkan pneumonia, penyakit infeksi pada paru, atau ada komplikasi pneumonia ringan.

Ada dua kategori kasus, berat dan kritis. Kasus yang berat memiliki gejala sesak napas, saturasi oksigen darah rendah, atau gangguan paru. Sementara itu, kasus yang kritis ditandai dengan gagal napas, shock septik, atau disfungsi organ.

Sejauh ini di China kasus yang tergolong berat kurang dari 14 persen, dan kritis kurang dari 5 persen.

Secara umum angka kematian akibat virus ini di China 2,3 persen. Namun, angka itu paling tinggi ada di Provinsi Hubei, yaitu 2,9 persen, dibandingkan dengan 0,4 persen di seluruh wilayah China.

Sebagai perbandingan, angka kematian akibat flu musiman sekitar 0,1 persen.

Gejala yang ringan ternyata memiliki sisi negative karena membuat para ilmuwan lebih sulit untuk dikenali dan pasien tidak berobat ke dokter. Selain itu, seseorang bisa saja terinfeksi tetapi tidak menimbulkan gejala apa pun.

Sejumlah petugas mengenakan pakaian pelindung lengkap saat bersiap menyambut kedatangan kru kapal pesiar Diamond Princess yang dinyatakan negatif virus corona di Bandara Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Minggu (1/3/2020). Pemerintah mengevakuasi 69 kru kapal pesiar Diamond Princess dari Yokohama, Jepang dan selanjutnya akan menjalani proses observasi di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta.ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Sejumlah petugas mengenakan pakaian pelindung lengkap saat bersiap menyambut kedatangan kru kapal pesiar Diamond Princess yang dinyatakan negatif virus corona di Bandara Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Minggu (1/3/2020). Pemerintah mengevakuasi 69 kru kapal pesiar Diamond Princess dari Yokohama, Jepang dan selanjutnya akan menjalani proses observasi di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Menurut Dr.Jin, orang yang mengalami gejala corona ringan secara umum sulit dibedakan dengan orang yang sakit flu biasa atau salesma.

“Gejalanya bisa sangat ringan, seperti nyeri tenggorokan. Lalu setelah satu dua hari sembuh. Bahkan pada pasien yang ke dokter, gejalanya tidak dikenali karena sangat ringan, seperti flu,” ujarnya.

Dalam penelitian di China, beberapa kasus corona yang ringan juga menyebabkan pneumonia. Gejalanya termasuk rasa lelah dan demam tapi tidak tinggi.

Baca juga: 7 Cara Cuci Tangan untuk Antisipasi Virus Corona

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com