Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2020, 12:38 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Healthline

Insulin --hormon yang membantu mengubah makanan menjadi energi-- dan glukosa darah seseorang juga lebih rendah setelah sarapan dibandingkan makan malam.

Temuan ini bisa memiliki implikasi besar bagi seseorang yang ingin menurunkan berat badan termasuk para menderita diabetes dengan kadar glukosa darah lebih tinggi dari orang normal.

Baca juga: Manfaat Konsumsi Minuman Jahe Saat Sarapan

"Hasil ini mengonfirmasi, makan malam besar memiliki efek negatif pada toleransi glukosa, harus dipertimbangkan oleh pasien diabetes yang ingin menghindari puncak glukosa darah," kata para peneliti dalam studi ini.

"Karena itu sarapan harus lebih disukai daripada makan malam besar guna mengurangi risiko penyakit metabolisme."

Melewatkan sarapan memperlambat metabolisme

Menurut peneliti, melewatkan sarapan adalah praktik diet umum yang dicoba oleh banyak orang dengan harapan bisa menurunkan berat badan.

Namun studi menunjukkan, orang yang makan lebih sedikit untuk sarapan lebih banyak makan camilan dan makan berlebihan di saat selanjutnya. Hal itu mengacaukan tujuan diet mereka.

Dr. Minisha Sood, ahli endokrin di Lenox Hill Hospital, New York City, mengatakan, ia melihat orang-orang melewatkan sarapan dalam upaya untuk mengendalikan asupan kalori.

"(Padahal) ini bertentangan dengan ritme sirkadian normal kita, dan pada beberapa orang dengan sinyal lapar yang kuat di pagi hari, itu bisa menyebabkan diet rusak saat makan siang," kata dia kepada Healthline.

"Ini juga dapat memicu makan berlebihan di malam hari karena 'menebus kalori yang hilang', dan seringkali menjadi bumerang."

Baca juga: Sarapan Bikin Ngantuk, Mitos atau Fakta?

Metabolisme tubuh kita sangat dipengaruhi oleh ritme sirkadian, atau siklus tidur dan bangun.

Sood mengatakan, orang lebih sensitif insulin di pagi hari, di mana pada dasarnya tubuh perlu memproduksi lebih sedikit insulin guna mengontrol kadar glukosa darah setelah makan.

"Kita paling efisien dalam metabolisme di jam-jam pagi dan paling sensitif terhadap insulin di bagian awal 'jendela makan' kita."

"Karena itu masuk akal, termogenesis yang diinduksi oleh diet (DIT) dan metabolisme secara keseluruhan akan lebih efektif di awal hari," kata Sood.

Selain itu, orang-orang lebih aktif secara fisik di pagi dan siang hari, dan aktivitas fisik membantu mengelola kadar insulin dan glukosa darah.

Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com