Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2020, 20:58 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Tiger Ye, pemuda berusia 21 tahun yang tinggal di Wuhan mulai menunjukkan gejala infeksi Covid-19 pada pertengahan Januari. Ia membagikan pengalamannya menjalani pengobatan dan akhirnya sembuh.

Pada 17 Januari saya merasakan semua otot-otot nyeri. Mungkin pada saat itu saya demam ringan, tapi tidak terlalu diperhatikan.

Kalau melihat ke belakang, memang sedikit menakutkan, karena rumah dan sekolah tempat saya belajar bahasa Jepang hanya ada dalam radius 5 Km dari pasar seafood Wuhan (yang diyakini sebagai awal mula penularan).

Untuk mengobati nyeri otot, saya minum obat flu karena saya pikir itu flu biasa. Kini kalau dipikirkan lagi, saya sebenarnya terlambat minum obat antivirus pada tahap awal penyakit.

Saya tidak tahu dari mana bisa tertular. Saya selalu makan di restoran masakan Hongkong di kantin sekolah. Saya juga tidak banyak jalan-jalan karena pada saat itu musim dingin dan selalu langsung pulang setelah sekolah karena sudah lelah.

Pada saat libur semester, saya tinggal di rumah orangtua, bukan di asrama. Saya juga rajin pakai masker setelah semua orang di sekitar mulai memakai masker.

Baca juga: Lebih dari 50 Persen Pasien Sembuh, China Tutup 1 RS Darurat Virus Corona

Sakit dan isolasi

Tanggal 21 Januari, saya merasa nyeri di seluruh tubuh. Saya lalu menelepon ayah dan ia langsung menjemput. Di rumah, saya mengalami demam ringan dan ibu mengatakan jika demamnya tidak turun juga akan membawa saya ke rumah sakit.

Sampai jam 11 malam, demam tidak turun juga sehingga saya berobat ke rumah sakit Tongji. Ketika tiba di sana, saya melihat rumah sakit kewalahan dengan lonjakan pasien.

Melihat dokter dan perawat dalam hazmat suit di dunia nyata untuk pertama kalinya, biasanya saya hanya lihat di film, saya menyadari bahwa ada sesuatu yang buruk sedang terjadi.

Pada saat itu sebenarnya saya tidak takut, karena rumah sakit itu yang terbaik di Wuhan dan memang selalu penuh. Karena pasien sangat ramai, saya memutuskan pindah ke rumah sakit paru Wuhan, dan keputusan ini pada akhirnya sangat tepat.

Di rumah sakit itu saya dites darah, fungsi liver, dan juga CT scan. Hasil CT scan menunjukkan ada bitnik-bintik di bagian bawah kedua paru saya. Saya lalu diberi obat resep dan obat tradisional China berbentuk kapsul oleh dokter.

Tiger Ye, pemuda berusia 21 tahun dari Wuhan yang sembuh dari infeksi Corona.Guardian Tiger Ye, pemuda berusia 21 tahun dari Wuhan yang sembuh dari infeksi Corona.

Ketika Wuhan mulai ditutup, tanggal 22 Januari saya juga mulai dikarantina di rumah oleh ayah. Ibu saya dulu belajar di universitas kedokteran dan ayah bekerja di perusahaan farmasi, sehingga mereka bisa menangani saya.

Kamar saya memiliki kamar mandi sendiri, sehingga sebenarnya sangat nyaman walau saya diisolasi. Nenek yang memasak untuk saya juga selalu memakai masker saat mengantarkan makanan dan menggunakan sumpit sekali pakai yang akan dibuang setelah saya pakai.

Memburuk

Sekitar 3 hari kemudian, saya periksa lagi ke rumah sakit karena mulai batuk. Itu adalah batuk kering dengan sedikit dahak kekuningan. Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi saya memburuk karena infeksinya menyebar ke seluruh paru.

Saya lalu diinfus dan diberikan obat oral. Dokter juga mengatakan saya terduga terinfeksi virus, namun hanya komite pakar yang akan menentukan apakah bisa segera dilakukan tes.

Baca juga: Cegah Corona, Cuci Tangan Lebih Efektif Dibanding Hand Sanitizer

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com