Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2020, 21:35 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Huffpost

KOMPAS.com - Vaksin dan obat untuk infeksi Covid-19 memang belum ditemukan, namun kita bisa melindungi diri dari penularan. Salah satunya dengan lebih sering mencuci tangan dengan sabun serta tidak menyentuh wajah terlalu sering.

Namun, menghindari menyentuh wajah agak menantang. Pada dasarnya, sulit untuk berhenti menyentuh wajah kita dengan tangan.

Sebuah studi pada 2015 menyoroti frekuensi menakutkan dari kontak tangan ke wajah pada individu. Para peneliti merekam 26 mahasiswa kedokteran pada sebuah kelas dan menghitung berapa kali mereka menyentuh wajah mereka.

Rata-rata, tiap siswa menyentuh wajah mereka 23 kali dalam satu jam, dengan 44 persen kontak tersebut melibatkan selaput lendir seperti mulut, hidung, atau mata.

Menyentuh wajah, terutama di sekitar selaput lendir, membuat virus dan bakteri lebih mudah masuk ke tubuh kita.

Baca juga: Simak, 3 Langkah Mencegah Risiko Infeksi Corona dari WHO

Hal ini akan menginfeksi dan mengubah tangan kita menjadi biang untuk penyebaran penyakit.

"Kebiasaan menyentuh wajah juga menyebabkan jerawat. Dan seseorang yang menyentuh wajah mereka tanpa henti tampak kurang percaya diri, dan kurang perhatian," kata Sanam Hafeez, psikolog di New York.

Guna membantu orang mengurangi menyentuh wajah, Hafeez dan para ahli mengidentifikasi beberapa teknik yang dapat membantu.

Pantau kebiasaan menyentuh wajah kita

Langkah pertama untuk mengubah kebiasaan adalah miliki kesadaran yang kuat tentang kapan dan mengapa kita menyentuh wajah. Sesuatu seperti menggigit kuku atau menyentuh wajah bisa menjadi hal impulsif yang dilakukan karena bosan, gelisah, atau kebutuhan sensorik.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

"Kebanyakan orang menyentuh wajah mereka tanpa berpikir. Mereka mengusap mata atau menggigit bibir ketika mereka bingung atau menggigit kuku saat gugup," kata Paul Hokemeyer, psikoterapis yang berbasis di New York dan penulis Fragile Power.

Cobalah sadar akan kebiasaan kita dan identifikasi pemicu kita untuk mengambil jeda antara motivasi dan tindakan.

"Ini adalah kunci memperhatikan waktu dan tempat untuk menyentuh wajah kita," kata Paul DePompo, psikolog klinis dan pendiri Cognitive Behavioral Therapy Institute of Southern California.

Coba sentuh sesuatu yang lain

Tangan yang bebas bisa menjadi tangan yang berkeliaran. Karena kita cenderung menyentuh wajah ketika melakukan hal-hal seperti membaca atau menonton televisi, kita harus menyibukkan tangan dengan sesuatu yang lain."

Cara terbaik menghentikan kebiasaan menyentuh wajah adalah menggantinya dengan sesuatu yang tidak sesuai, kata Denise Cummins, ilmuwan kognitif yang meneliti pemikiran dan pengambilan keputusan.

"Jika kita biasanya menyandarkan wajah di tangan, cobalah ganti kebiasaan dengan memegang sesuatu, atau letakkan tangan di atas lengan kita," kata Cummins.

Ganti satu perilaku menenangkan seperti menyentuh wajah dengan tindakan seperti meremas "bola stres."

DePompo menyarankan agar kita menempatkan mainan kecil, dan benda lain di tempat di mana kita paling mungkin menyentuh wajah, seperti mobil, wastafel di kamar mandi, dan meja. Pastikan pula mencuci objek atau barang-barang tersebut secara teratur.

Baca juga: Kelompok yang Paling Rentan jika Tertular Virus Covid-19

Buat menjadi tidak nyaman

Cara lain menghentikan kebiasaan menyentuh wajah adalah membuatnya menjadi tidak nyaman.

"Jika kita cenderung menyandarkan wajah di tangan saat membaca tulisan di komputer, coba kenakan sarung tangan fingerless yang terasa tidak nyaman ketika mengenai kulit halus di wajah kita," kata Cummins.

Meski sarung tangan dapat terkontaminasi dari waktu ke waktu dan harus dicuci, para peneliti yakin, virus tidak hidup lama di barang lunak, dibandingkan di permukaan keras.

Memakai kacamata adalah cara untuk menciptakan penghalang antara mata dan tangan kita. Sehingga cenderung kurang nyaman bagi tangan untuk bersandar pada wajah saat kita mengenakan kacamata.

Nampak salah satu penumpang sementara memanfaatkan sarana handsanitizer di Stasiun Madiun untuk mencegah penularan virus corona. PT KAI Daop 7 Madiun menyediakan handsanitizer dan membagi-bagi masker gratis sebagai upaya mencegah penularan virus corona.KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI Nampak salah satu penumpang sementara memanfaatkan sarana handsanitizer di Stasiun Madiun untuk mencegah penularan virus corona. PT KAI Daop 7 Madiun menyediakan handsanitizer dan membagi-bagi masker gratis sebagai upaya mencegah penularan virus corona.

Atur pengingat

Sangat mudah melupakan jika kita mencoba menghentikan kebiasaan saat menjalani hari, namun mengatur sedikit pengingat bisa membantu meningkatkan kesadaran dan upaya kita.

"Teknik perilaku kognitif seperti menempelkan post-it di layar komputer dengan tulisan 'jangan menyentuh wajah' serta meminta kolega mengingatkan adalah cara lain mengurangi sentuhan di wajah," kata Hafeez.

Belajar perhatian

Menyentuh wajah adalah kebiasaan yang berhubungan dengan kecemasan.

"Saat kita cemas, kita cenderung menyentuh untuk menenangkan diri. Kita meletakkan tangan di wajah, menyisir rambut, menyilangkan tangan, dan seterusnya," ujar Cummins.

Tingkatkan perhatian pada apa yang sedang kita rasakan dengan cara melatih pernapasan dan meditasi dapat membantu kita mengelola kecemasan secara umum.

Cummins merekomendasikan "pernapasan vagal," latihan pernapasan dalam yang dapat merangsang saraf vagus, yang berjalan dari batang otak ke bawah perut.

Caranya, tarik napas melalui hidung selama empat hingga lima detik, biarkan perut mengembang sementara dada tenang, buang napas selama empat sampai lima detik, biarkan perut rileks.

Latihan ini dapat membantu mengurangi respon stres dan meningkatkan pemikiran tingkat tinggi serta pengaturan emosi, sehingga mengurangi pemicu emosi yang menyebabkan orang menyentuh wajah mereka.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Huffpost
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com