Selepas kuliah, dia bekerja di salah satu pabrik yang memproduksi sepatu Nike di Tangerang. Ia kemudian menjelajahi enam pabrik sepatu besar.
Di enam pabrik itu ia menduduki berbagai jabatan dari operasional, produksi, hingga marketing. Gajinya pun terbilang "selangit".
Namun keresahan mulai menyelimuti dia saat menginjak usia 33-34 tahun. Ia merasa sudah berada di puncak karier, dan zona aman itu terasa membunuhnya.
Ia percaya, posisi enak itu bukan hidup yang nyata, tapi semu. Kalau pabrik tutup, orang seperti dirinya pun akan ikut mati.
Baginya, zona aman bungkus dari kapitalisme.
“Pekerjaan yang tidak baik adalah menjadi budak, yang dibayar tenaganya. Sebuah hadits mengatakan, dari 10 pintu rezeki, sembilan berasal dari perdagangan,” tutur dia.
Dari sana dia membulatkan tekad memulai bisnisnya. Ia mendirikan pabrik insole dengan modal Rp 5 miliar di tahun 2018.
Getzke pun mendapat bantuan orderan dari pabrik tempatnya bekerja. Perjuangannya terasa berat terutama di awal.
Namun, pengalamannya di bidang produksi hingga marketing membuatnya bertahan. Ia pun sempat menemui masa sulit dalam hal modal, saat ia tergiur dengan pesanan yang super besar.
Namun ia kemudian menyadari untuk tidak serakah. Kondisinya pun membaik dan kembali stabil. Ia berhasil mendirikan perusahaan tanpa utang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.