Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergi dari Kemapanan, Mr.Getzke Bikin Sepatu Murah untuk Anak Bangsa

Kompas.com - 05/03/2020, 14:25 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dikenal dengan sebutan Mr Getzke, pria kelahiran Klaten, 5 November 1977 ini memiliki pabrik insole besar di Tangerang, Banten.

Tak hanya itu, brand sepatu yang dirintisnya tahun lalu pun kini diburu banyak orang.

Buktinya, dia mampu memproduksi 7.000 pasang per bulan. Bahkan, hingga akhir tahun ini, dia menargetkan 10.000 pasang.

Kepada Kompas.com, suami dari Rini Yulia Handayani ini menceritakan awal mula dia menyukai bidang sepatu.

Baca juga: Niion, Brand Lokal Bandung yang Segera Mendunia ke Las Vegas

“Waktu sekolah, di dekat pasar ada tukang sol sepatu. Saya sering nongkrong di sana, dan diajar ngesol sampai bisa,” ungkap dia.

Saat duduk di bangku MAN Klaten, ia membuka usaha sol sepatu di depan rumah.

Padahal, sebenarnya tanpa membuka usaha pun, ia bisa hidup enak. Sebab orangtuanya terbilang mampu.

Namun karena karakternya yang tidak bisa diam, Getzke senang mengerjakan apa pun, termasuk merepotkan diri dengan ngesol sepatu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by The Pabrik Figure (@mr.getzke) on Feb 29, 2020 at 3:55am PST

Suatu hari, saat ia belanja material sepatu di Klaten, ada seseorang yang mereferensikan Politeknik ATK Yogyakarta, perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Perindustrian.

Lulus dari SMA, ia pun kuliah di Politeknik ATK Yogyakarta mempelajari kulit sepatu, produk kulit, hingga desain.

Baca juga: Getzke, Sneaker Lokal Murah dan Bagus untuk Tumpas Sepatu KW

Selepas kuliah, dia bekerja di salah satu pabrik yang memproduksi sepatu Nike di Tangerang. Ia kemudian menjelajahi enam pabrik sepatu besar.

Di enam pabrik itu ia menduduki berbagai jabatan dari operasional, produksi, hingga marketing. Gajinya pun terbilang "selangit".

Namun keresahan mulai menyelimuti dia saat menginjak usia 33-34 tahun. Ia merasa sudah berada di puncak karier, dan zona aman itu terasa membunuhnya.

Ia percaya, posisi enak itu bukan hidup yang nyata, tapi semu. Kalau pabrik tutup, orang seperti dirinya pun akan ikut mati.

Baginya, zona aman bungkus dari kapitalisme.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com