KOMPAS.com - Rowland Asfales tersenyum. Ia mengingat awal mula terjun ke dunia sepatu.
“Berawal dari sepatu saya hilang di kosan di daerah Taman Sari (Kota Bandung),” ujar pria yang akrab disapa Fales ini kepada Kompas.com, belum lama ini.
Mendapati sepatunya hilang, Fales termenung. Ia kemudian berjalan-jalan ke sentra sepatu Cibaduyut.
Niatnya ingin membeli sepatu kulit, namun urung karena harga yang mahal. Ia kembali ke kamar kos-nya dengan tangan kosong.
Baca juga: Mengintip Produksi Sepatu Ramah Lingkungan “Pijakbumi” di Bandung
Ia berpikir keras, bagaimana cara mengganti sepatu yang hilang.
Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini akhirnya membuat sepatu.
Tak disangka, sepatu buatannya diminati teman-temannya.
Dari sana, dia mulai berbisnis sepatu. Ia lalu memasarkan kreasinya lewat jejaring online, namun hasilnya negatif.
Sebab, sepatu yang ia jual seharga Rp 200.000-400.000 saat itu, kalah bersaing dengan harga sepatu yang jauh lebih murah.
“Saya bangkrut karena sepatu saya tidak memiliki nilai jual,” tutur Fales.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.