Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pijakbumi, Berawal dari Hilang Sepatu hingga Berjaya di Italia...

Kompas.com - 06/03/2020, 18:00 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rowland Asfales tersenyum. Ia mengingat awal mula terjun ke dunia sepatu.

“Berawal dari sepatu saya hilang di kosan di daerah Taman Sari (Kota Bandung),” ujar pria yang akrab disapa Fales ini kepada Kompas.com, belum lama ini.

Mendapati sepatunya hilang, Fales termenung. Ia kemudian berjalan-jalan ke sentra sepatu Cibaduyut.

Niatnya ingin membeli sepatu kulit, namun urung karena harga yang mahal. Ia kembali ke kamar kos-nya dengan tangan kosong.

Baca juga: Mengintip Produksi Sepatu Ramah Lingkungan “Pijakbumi” di Bandung

Ia berpikir keras, bagaimana cara mengganti sepatu yang hilang.

Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini akhirnya membuat sepatu.

Tak disangka, sepatu buatannya diminati teman-temannya.

Dari sana, dia mulai berbisnis sepatu. Ia lalu memasarkan kreasinya lewat jejaring online, namun hasilnya negatif.

Sebab, sepatu yang ia jual seharga Rp 200.000-400.000 saat itu, kalah bersaing dengan harga sepatu yang jauh lebih murah.

“Saya bangkrut karena sepatu saya tidak memiliki nilai jual,” tutur Fales.

Tak ingin menyerah, Fales kembali berinovasi. Mulai dari bahan, cara pembuatan, hingga desain.

Sepatu Pijakbumi dipamerkan dalam The Micam Milano 2020.Dok PIJAKBUMI Sepatu Pijakbumi dipamerkan dalam The Micam Milano 2020.

Baca juga: Sepatu Asal Bandung, Pijakbumi Raih Penghargaan Bergengsi di Italia

Ia lalu menemukan artikel yang menyebutkan, industri fesyen adalah salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia, termasuk limbah pembuatan sepatu kulit.

“90 persen pembuatan sepatu kulit di dunia diproses melalui proses kimiawi dan menggunakan bahan yang berdampak sangat buruk bagi alam dan manusia,” ucapnya.

Dari pemikiran tersebut, lahirlah Pijakbumi, sepatu ramah lingkungan yang fashionable.

Sepatu ini menggunakan bahan kulit natural dan disamak dengan menggunakan ekstrak tumbuhan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com