Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/03/2020, 19:16 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Stigma negatif di masyarakat membuat kebanyakan orang masih takut melakukan tes Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Padahal, semua orang, termasuk yang tidak berisiko, disarankan untuk melakukan tes sedini mungkin salah satunya untuk tujuan pencegahan.

Lalu, kapan sebaiknya melakukan tes HIV?

Ketua Tim HIV/AIDS, RS St. Carolus dr. Emon Winardi Danudirgo, Sp.PD menuturkan, setidaknya tes dilakukan sebelum menikah. Deteksi dini penting dilakukan untuk mencegah penularan pada anak.

Baca juga: Sebagian Milenial Masih Percaya HIV Bisa Menular Lewat Pelukan

Sebab, ada kemungkinan seseorang tidak mengetahui apakah dirinya berisiko atau pernah berhubungan dengan orang yang berisiko HIV atau tidak.

"Tujuannya adalah untuk perlidungan keluarga," ungkap Emon saat ditemui di RS St. Carolus di Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).

Adapun perilaku berisiko HIV di antaranya seks bebas yang tidak aman, penggunaan jarum suntik tidak steril atau secara bergantian, dan lainnya.

Meski begitu, tes idealnya juga dilakukan pada orang yang berisiko tinggi maupun tidak.

Melakukan tes HIV sejak dini, menurut Emon, sama dengan melakukan pencegahan. Sebab, infeksi HIV yang tak segera tertangani bisa berkembang menjadi kondisi serius yang disebut Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Baca juga: Tak Sakit dan Mudah, Perempuan Tak Perlu Takut Tes HIV

"HIV ibarat rayap, AIDS adalah rumah yang rontok. Supaya rayap tidak merontokan rumah maka secepat mungkin lakukan tes."

"Dulu harus berat dulu sakitnya baru diobati, sekarang begitu ketahuan diobati supaya jangan berkembang dan menularkan. Kalau diobati sebenarnya melakukan pencegahan," ungkapnya.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama Miss Universe 2015 sekaligus UNAIDS Goodwill Ambassador for Asia and the Pacific, Pia Wurtzbach mengimbau seluruh pihak, khususnya perempuan untuk segera melakukan tes HIV.

Jika hasil tes positif, kata dia, maka kita bisa mencari dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca juga: Selain HIV, Ini Penyakit akibat Hubungan Seks Tak Aman

Misalnya, dapat segera meminum obat antiretroviral (ARV). Melalui pengobatan ARV yang konsisten, perempuan yang hidup dengan HIV dapat hidup sehat, menikah, merencanakan kehamilan, serta mencegah penularan HIV pada anak.

Sementara jika hasilnya negatif, kita tetap teredukasi untuk melindungi diri dan orang-orang tercinta dari HIV.

"Ini harus menjadi bagian dari cek kesehatan tahun kita. Saranku, lakukanlah satu kali setiap tahun," ungkap Pia.

Baca juga: Kenali Mitos dan Fakta HIV/AIDS, Biar Tak Gampang Kasih Stigma

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com