JAKARTA, KOMPAS.com - Berhijrah menjadi titik awal bagi Linda Anggrea untuk membuat sebuah label yang menyediakan scarf berkualitas.
Saat itu ia merasa kesulitan menemukan hijab berkualitas yang juga modis untuk dikenakannya sehari-hari. Akhirnya, pada 2015, Linda pun membuat label Buttonscarves.
Ketertarikan dan hobi di bidang tekstil, kain dan mode membuat ide tersebut tak sulit untuk diwujudkan.
"Saat itu aku baru pakai hijab, susah menemukan hijab yang enak dipakai dan bikin semakin "pede (percaya diri)" saat berhijab. Jadi itu kebutuhan pribadi," ungkapnya di thematic store Buttonscarves di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Linda turun langsung dalam desain dan pengembangan produk Buttonscarves. Beberapa tahun pertama bisnisnya masih berjalan di online shop dan situs resmi Buttonscarves, namun pada 2018 label ini mulai merambah ke toko offline. Salah satu alasannya adalah karena permintaan yang tinggi dari para pelanggan.
Toko offline pertama Buttonscarves dibuka di FX Senayan, Jakarta.
"Alhamdulillah sambutan toko offline sangat baik," tuturnya.
Saat ini, Buttonscarves sudah memiliki 11 toko yang tersebar di seluruh Indonesia, utamanya Pulau Sumatera dan Jawa.
Di 2020, Buttonscarves berencana membuka sedikitnya lima toko lagi, termasuk di sebuah pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur.
Cerita di balik sehelai kain
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan