KOMPAS.com - Virus corona dapat bertahan beberapa jam di partikel udara dan berhari-hari di permukaan. Demikian menurut studi terbaru yang didanai pemerintah federal Amerika dan diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.
Para peneliti dari National Institutes of Health, Centers for Disease Control and Prevention, UCLA dan Princeton University terlibat dalam studi ini.
Mereka meneliti berapa lama COVID-19 bertahan di udara serta pada permukaan tembaga, kardus, plastik, dan stainless steel, kemudian membandingkannya dengan SARS, virus yang muncul akhir 2002 dan menewaskan hampir 800 orang.
Hasilnya, COVID-19 terdeteksi dalam aerosol hingga tiga jam, sampai empat jam pada tembaga dan 24 jam pada kardus.
Para ilmuwan menyimpulkan, virus corona juga dapat bertahan hingga tiga hari pada permukaan plastik dan stainless steel.
Baca juga: Berapa Lama Virus Corona Bisa Hidup di Permukaan Benda?
Mereka menambahkan, jumlah virus yang tersisa pada permukaan tersebut berkurang dari waktu ke waktu.
Aerosol adalah partikel padat atau cair yang menggantung di udara, termasuk kabut, debu, dan gas yang biasa digunakan dalam prosedur medis seperti ventilasi dan nebulizer.
"Hasilnya menunjukkan orang dapat memperoleh virus melalui udara dan setelah menyentuh benda yang terkontaminasi," kata Dr. Neeltje van Doremalen, ilmuwan dari NIH dan peneliti utama studi.
Kasus COVID-19 telah melampaui 200.000 kasus di seluruh dunia sampai Rabu (18/3) setelah virus ini menyebar di luar China, pusat awal penyebaran virus.
Awal pekan ini, WHO menyebut sedang mempertimbangkan "tindakan pencegahan di udara" untuk staf medis setelah sebuah penelitian menunjukkan COVID-19 dapat bertahan hidup di udara dalam beberapa pengaturan.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Shalat Jumat di Masjid Istiqlal Ditiadakan Selama Dua Pekan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.