Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Virus Corona Bisa Bertahan Lama di Udara dan Permukaan

Kompas.com - 19/03/2020, 19:45 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Virus corona dapat bertahan beberapa jam di partikel udara dan berhari-hari di permukaan. Demikian menurut studi terbaru yang didanai pemerintah federal Amerika dan diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.

Para peneliti dari National Institutes of Health, Centers for Disease Control and Prevention, UCLA dan Princeton University terlibat dalam studi ini.

Mereka meneliti berapa lama COVID-19 bertahan di udara serta pada permukaan tembaga, kardus, plastik, dan stainless steel, kemudian membandingkannya dengan SARS, virus yang muncul akhir 2002 dan menewaskan hampir 800 orang.

Hasilnya, COVID-19 terdeteksi dalam aerosol hingga tiga jam, sampai empat jam pada tembaga dan 24 jam pada kardus.

Para ilmuwan menyimpulkan, virus corona juga dapat bertahan hingga tiga hari pada permukaan plastik dan stainless steel.

Baca juga: Berapa Lama Virus Corona Bisa Hidup di Permukaan Benda?

Mereka menambahkan, jumlah virus yang tersisa pada permukaan tersebut berkurang dari waktu ke waktu.

Aerosol adalah partikel padat atau cair yang menggantung di udara, termasuk kabut, debu, dan gas yang biasa digunakan dalam prosedur medis seperti ventilasi dan nebulizer.

"Hasilnya menunjukkan orang dapat memperoleh virus melalui udara dan setelah menyentuh benda yang terkontaminasi," kata Dr. Neeltje van Doremalen, ilmuwan dari NIH dan peneliti utama studi.

Kasus COVID-19 telah melampaui 200.000 kasus di seluruh dunia sampai Rabu (18/3) setelah virus ini menyebar di luar China, pusat awal penyebaran virus.

Awal pekan ini, WHO menyebut sedang mempertimbangkan "tindakan pencegahan di udara" untuk staf medis setelah sebuah penelitian menunjukkan COVID-19 dapat bertahan hidup di udara dalam beberapa pengaturan.

Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Shalat Jumat di Masjid Istiqlal Ditiadakan Selama Dua Pekan

Virus ini ditularkan melalui tetesan atau droplet cairan, sebagian besar dari bersin atau batuk orang yang terinfeksi Covid-19, kata Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO.

"Ketika kita melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol seperti di fasilitas perawatan medis, ada kemungkinan  virus dapat bertahan di udara sedikit lebih lama."

Para pakar kesehatan telah mengetahui penyakit pernapasan dapat menyebar melalui kontak antar manusia, droplet yang terbawa melalui bersin dan batuk, serta kuman yang tertinggal pada benda mati.

Virus corona juga bisa berada di udara selama berjam-jam, tergantung pada panas dan kelembapan.

Para ilmuwan dalam studi mengatakan, stabilitas COVID-19 mirip SARS. Namun bedanya, COVID-19 dapat ditransmisikan ketika seseorang tidak memiliki gejala.

Beberapa ilmuwan mengatakan virus corona yang muncul dari kota Wuhan kurang dari tiga bulan lalu, terbukti lebih menular daripada SARS, yang menginfeksi lebih dari 8.000 orang.

Virus ini telah terbukti jauh lebih menular daripada flu musiman, yang menginfeksi hingga 49 juta orang Amerika per tahunnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com