Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Infeksi Covid-19 Lokal Baru di Wuhan, Bangkitkan Harapan Dunia

Kompas.com - 19/03/2020, 21:23 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bulan lalu, Wuhan diserang ribuan kasus baru virus corona setiap hari.

Tetapi dalam perkembangannya, dengan banyak wabah berporos ke Eropa dan Amerika Serikat, otoritas China mengatakan pada hari Kamis, kota dan provinsi di sekitarnya tidak memiliki kasus baru untuk dilaporkan.

Berita itu menghadirkan secercah harapan untuk seluruh dunia, dan pelajaran dalam langkah-langkah yang diperlukan guna menghentikan penyebarannya.

Baca juga: Gratis dan Praktis, Cek Risiko Virus Corona secara Online

Wuhan adalah tempat pertama penyebaran virus dan ribuan orang pernah terbaring di rumah sakit yang dibangun secara darurat.

Tetapi pihak berwenang China mengatakan pada hari Kamis, 34 kasus baru yang dicatat pada hari sebelumnya berasal dari luar negeri.

"Hari ini kita telah melihat fajar setelah sekian hari kerja keras," kata Jiao Yahui, inspektur senior di National Health Comission.

Meski memang virus corona masih terus menelan korban di tempat lain, baik manusia maupun ekonomi.

Saham kembali anjlok di Wall Street di tengah kekhawatiran resesi berkepanjangan, jatuh begitu cepat sehingga memicu penghentian perdagangan otomatis lainnya.

Baca juga: Studi: Virus Corona Bisa Bertahan Lama di Udara dan Permukaan

Sementara produsen mobil utama AS mengatakan, mereka menutup pabrik mereka di Amerika Utara.

Seperti yang kita tahu, Italia memiliki jumlah kematian yang nyaris melampaui China terkait virus corona, pencapaian mengerikan yang 'disebabkan' banyaknya populasi lansia, sistem kesehatan yang buruk, serta terlambat melakukan lockdown di pusat penyebaran virus, Lombardi.

Di tempat lain di seluruh dunia, lebih banyak perbatasan ditutup, sehingga banyak orang bertanya-tanya bagaimana mereka akan pulang.

Australia dan Selandia Baru menutup pintu untuk wisatawan, kecuali bagi warga pribumi.

Sementara Fiji melaporkan kasus pertama virus corona, perkembangan memprihatinkan di wilayah dengan layanan kesehatan buruk.

AS dan Kanada sama-sama menutup perbatasan mereka, kecuali untuk perjalanan penting, dan Trump mengatakan dia menegaskan siapa saja yang melintasi perbatasan selatan secara ilegal agar segera kembali ke Meksiko.

Baik Rusia dan Meksiko masing-masing melaporkan kematian pertama mereka akibat virus itu.

Baca juga: Cara Keluarga Kerajaan Inggris Mencegah Penularan Virus Corona

Di saat China tidak melaporkan adanya kasus baru di Wuhan atau provinsi Hubei, mereka mencatat delapan kematian tambahan.

Jiao mengatakan peningkatan "double-zero", diikuti beberapa hari peningkatan angka, yang menandakan kontrol dan metode perawatan medis mereka bekerja dengan baik.

Wuhan telah berstatus lockdown sejak Januari. Para pejabat sedang bergerak untuk melonggarkan pembatasan perjalanan, dan hanya di sekitar provinsi Hubei sebagian besar pos pemeriksaan akan dibuka.

Wuhan tetap terputus, dan hanya mereka yang memiliki izin khusus diperbolehkan untuk masuk atau keluar.

Status lockdown akan dicabut di sana jika tidak ada laporan kasus tambahan selama dua minggu berturut-turut, yang mungkin terjadi bulan depan, kata Li Lanjuan, anggota Chinese Academy of Engineering.

Baca juga: Virus Corona Diprediksi Akan Menginfeksi Setengah Populasi Dunia

Situasi di China kontras dengan Italia, di mana dilaporkan 475 orang lainnya meninggal, sehingga jumlah korban jiwa kini mendekati 3.000.

Italia memiliki populasi tertua kedua di dunia setelah Jepang, dan sekitar 87 persen dari mereka yang telah meninggal berusia di atas 70 tahun.

Kondisi Italia saat ini hampir menyalip angka kematian di China (3.250 orang) karena virus corona. Iran juga sangat terpukul, dengan lebih dari 1.100 kematian.

Virus ini telah menginfeksi lebih dari 218.000 orang di seluruh dunia dan membunuh lebih dari 8.800 orang.

PBB mengingatkan, krisis ini dapat menyebabkan hilangnya hampir 25 juta pekerjaan di seluruh dunia.

Lebih dari 84.000 orang secara keseluruhan telah pulih dari virus, yang hanya menyebabkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk pada kebanyakan kasus.

Penyakit virus corona lebih mungkin memburuk pada orang tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan.

Baca juga: Cerita Survivor Corona Asal Korea, Sempat Pede Tak Bakal Terinfeksi

Meskipun China masih memiliki jumlah kasus terbesar, sebagian besar pasiennya telah pulih.

China bahkan mengirim pasokan medis ke Prancis yang mulai terkena imbas virus corona, membalas bantuan yang dilakukan Prancis beberapa minggu lalu.

Di seluruh dunia, pemerintah mengambil tindakan yang semakin tegas untuk memerangi epidemi dan ancaman resesi, dalam beberapa kasus menggunakan kekuatan darurat.

Otoritas Ceko menggunakan kekuatan darurat untuk menyerang sebuah gudang dan menyita ratusan ribu masker wajah.

Sementara, Hong Kong memperluas penggunaan gelang elektronik untuk memantau orang yang menjalani masa isolasi diri.

Baca juga: Sederet Brand Fashion Ternama Berdonasi untuk Atasi Virus Corona

Di AS, dilaporkan lebih dari 9.400 kasus virus corona mengakibatkan sedikitnya 138 kematian.

Sekitar setengah dari jumlah tersebut berasal di negara bagian Washington, di mana puluhan warga dari panti jompo Seattle meninggal dunia.

Para ilmuwan yakin, jumlah sebenarnya orang yang terinfeksi lebih tinggi daripada yang dilaporkan, karena kemungkinan banyak kasus ringan tidak diketahui atau tidak dicatat, dan karena kelambatan dalam pengujian skala besar di AS.

Centers for Disease Control and Prevention mengatakan, kematian karena virus corona di AS sejauh ini mencerminkan apa yang dilaporkan di negara lain, yaitu 4 dari 5 kematian terjadi pada orang berusia 65 tahun ke atas.

Baca juga: Virus Corona Bisa Bertahan di Tubuh hingga 5 Minggu Setelah Terinfeksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com