Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergi ke Rumah Teman pada Masa Social Distancing adalah Ide Buruk

Kompas.com - 21/03/2020, 14:20 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa dari kita mungkin merasa bosan di rumah dan stres dengan berita pandemi virus corona yang terus menelan korban jiwa.

Oleh karena itu, kita akan senang jika melihat teman atau salah satu anggota keluarga kita tinggal tak jauh dari rumah kita.

Lalu kita pun berniat untuk mengunjungi orang yang dekat dengan kita untuk menghilangkan kesepian. Apakah itu berisiko?

Pakar kesehatan menyarankan, demi alasan kehati-hatian, sebaiknya kita tetap berada di rumah.

Melakukan social distancing bukan hanya menghindari bar dan restoran, melainkan juga tinggal di rumah dan tidak mengunjungi teman yang tampaknya sehat.

"Kita bermain dengan api jika mengunjungi teman," kata Jagdish Khubchandani, seorang  profesor ilmu kesehatan di Ball State University.

"Pada titik ini, kita harus bertindak seolah semua orang terinfeksi. Kita bisa menjadi risiko bagi diri kita, keluarga kita, teman-teman kita, dan seluruh komunitas."

Khubchandani merujuk pada penelitian baru di China yang menunjukkan bahwa orang yang tidak bergejala adalah justru yang paling banyak menyebarkan Covid-19.

Baca juga: Social Distancing Efektif Cegah Penyebaran Corona, Bagaimana Caranya?

Banyak kasus, kata dia, yang relatif ringan sehingga kita mungkin tidak menyadari kita telah terinfeksi. Bahkan, orang yang terinfeksi bisa jadi baru menunjukkan gejala setelah berminggu-minggu kemudian.

Itulah mengapa sangat penting membuat lingkaran sosial kita sekecil mungkin dan menjadi "anti-sosial" saat ini.

"Satu-satunya orang yang harus kita temui adalah mereka yang tidak dapat kita hindari, mereka yang hidup dengan kita sebelum pandemi ini dimulai, dan hubungan stabil seperti pasangan dan keluarga inti," kata Khubchandani.

"Bahkan dalam kasus-kasus itu, perlu semua tindakan pencegahan, kebersihan, dan jarak sebanyak mungkin."

Melihat teman-teman kita, dunia nyata saat ini adalah seperti bermain biliar di mana virus corona adalah cue ball.

Begitu pandangan Kirsten Hokeness, profesor dan Ketua Department of Science and Technology di Bryant University dan pakar imunologi, virologi, mikrobiologi, serta kesehatan dan penyakit manusia.

"Jika bola putih adalah virus, dan kita memiliki meja penuh bola untuk ditargetkan, maka 'virus' memiliki banyak pilihan," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com