Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/03/2020, 12:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19) dilaporkan mengalami gangguan pada indera perasa dan penciumannya.

Diyakini, kehilangan rasa dan penciuman tersebut sifatnya hanya sementara.

Dengan demikian, -seharusnya, kondisi tersebut bakal kembali normal, ketika gejala lainnya sudah terselesaikan.

Baca juga: Bukan untuk Cegah Infeksi Corona, Klorokuin Bahaya Dipakai Sembarangan

Lagi pula. Covid-19 bukanlah satu-satunya infeksi yang menyebabkan gangguan indera rasa dan penciuman.

Gejala serupa dilaporkan terjadi ketika infeksi SARS mewabah di 2003 silam.

Perubahan rasa dan penciuman juga umum terjadi pada penyakit karena virus, seperti flu biasa.

"Gejala yang mengganggu dan sementara ini kemungkinan disebabkan oleh peradangan pada saluran hidung dan infeksi terkait sel-sel saraf hidung yang bertanggung jawab untuk penciuman."

Demikian dipaparkan Senior Vice President sekaligus Direktur Edis International SOS, Robert L. Quigley, MD.

Jadi apa yang terjadi sebetulnya lebih kepada gangguan indera penciuman, daripada indera perasa. Namun, bagaimana pun indera perasa dan penciuman saling terkait erat.

Baca juga: Air Bawang Putih Sembuhkan Corona, Mitos atau Fakta?

Dalam 95 persen kasus, sensasi tidak bisa merasa berakar pada masalah yang berkaitan dengan indera penciuman.

"Hal ini dikarenakan gangguan indera penciuman mengacaukan kontribusi rasa dan penciuman terhadap rasa makanan."

"Sistem rasa biasanya tidak terpengaruh oleh infeksi saluran pernapasan atas virus," kata profesor Ilmu Biologi dari Barnard College of Columbia University, John Glendinning, PhD.

Virus tersebut, kata Glendinning, diperkirakan menyerang sel-sel di paru-paru dan tenggorokan secara khusus.

Baca juga: 5 Tips Mudah Bebaskan Rumah dari Virus Corona

Namun, laporan kehilangan kemampuan indera perasa dan penciuman mengindikasikan bahwa virus itu mungkin menyerang sel-sel di area lainnya, termasuk hidung.

"Kami masih harus mempelajari banyak hal tentang virus ini," kata Quigley.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com