Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Melawan Corona, Jangan Lupa Bahagia

Kompas.com - 26/03/2020, 11:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr Naomi Soetikno, MPd, Psikolog

DI MASA pandemik Covid-19 seperti sekarang, pemerintah terus berupaya menjaga agar penyebaran virus corona tidak semakin luas.

Salah satu caranya dengan mengimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah. Kegiatan belajar-bekerja-beribadah dilakukan dari rumah.

Sekalipun mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan seperti biasanya, tetapi kegiatan yang dijalankan di rumah menjadi berbeda dengan keseharian sebelumnya.

Kadang ada juga bingung untuk melakukan aktivitas. Belum lagi kondisi tubuh yang tidak nyaman, seperti pegal-pegal dan mudah lelah.

Perubahan yang terjadi pada diri sendiri, disertai dengan rentetan informasi mengenai kasus yang ditimbulkan di masa pandemik ini, dapat mengganggu kebahagiaan.

Apa itu kebahagiaan? Kebahagiaan adalah suatu keadaan yang dimaknai oleh indidvidu sehingga menciptakan perasaan senang dan kepuasan hati.

Pakar-pakar psikologi banyak membahas mengenai konsep kebahagiaan dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah regulasi diri.

Regulasi diri adalah pengarahan diri pada suatu tujuan. Mengatur diri dapat membantu membina dan meningkatkan kekuatan subyektif.

Regulasi diri dan kebahagiaan berhubungan satu sama lain. Regulasi diri secara relatif mendukung adanya keterkendalian aktivitas dan membantu pengendalian dorongan sehingga berdampak pada kesejahteraan emosi atau rasa bahagia.

Pada saat seseorang memiliki afek positif, seperti hati girang, puas, bangga, memiliki rasa kasih, kebahagiaan, dan rasa gembira yang meluap, ia mampu melakukan regulasi diri.

Kembali pada keadaan adanya perubahan di saat pandemik ini, informasi mengenai kasus yang ada serta perubahan aktivitas sehari-hari, terkadang orang menjadi bingung dengan apa yang harus dilakukan.

Emosi yang bergejolak dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Saat ketidakpastian terjadi, tentu rasa bahagia pun menjadi berkurang.

Yang perlu diketahui bahwa sebenarnya rasa bahagia sangat diperlukan oleh manusia. Banyak hasil riset menjelaskan bahwa ada kaitan rasa bahagia dengan kesehatan dan imunitas tubuh.

Yang terjadi pada tubuh adalah, ketika individu merasa bahagia, ada pelepasan hormon seperti oxytocin, dopamin, dan serotonin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com