KOMPAS.com - Tanpa perawatan yang rutin, fungsi jenggot bisa berubah dari simbol maskulinitas menjadi sarang kuman dan bakteri.
Di tengah pandemi virus corona yang menyebar ke seluruh dunia, apakah jenggot dapat memperparah risiko seseorang terpapar virus tersebut?
Meski jenggot yang lebat tampak penuh akan kuman, ada kemungkinan jenggot tidak meningkatkan risiko kita terkena Covid-19.
Ini adalah pertanyaan yang muncul karena infografik dari Centers for Disease Control and Prevention yang menampilkan pedoman untuk rambut wajah secara sangat rinci.
Menurut Thomas Russo, dokter kepala departemen penyakit menular di State University of New York di Buffalo Medical School, pedoman itu berlaku bagi tenaga medis yang wajib memakai masker N-95.
"Untuk tenaga kesehatan, jenggot menimbulkan masalah karena sulit mendapatkan masker N-95 yang bagus dan ketat," kata Russo kepada Huffington Post.
"Tentu saja, jenggot berbulu lebat adalah masalah besar karena kecuali dipangkas kembali, kita mungkin tidak bisa menyegel wajah dengan baik, membuat masker tidak efektif."
Covid-19 ditularkan melalui droplet pernapasan dari orang ke orang, misalnya batuk atau bersin di dekat mereka.
Russo menunjukkan jika kita relatif dekat untuk tertular virus dari seseorang, kemungkinan kita akan terpapar virus berdasarkan jarak, terlepas dari orang itu berjenggot atau tidak.
"Saya bisa membayangkan kemungkinan jenggot mengumpulkan sedikit ludah atau sesuatu," katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.