Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/04/2020, 21:36 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Disfungsi ereksi bukan hanya masalah di atas ranjang. Hal ini juga bisa mengindikasikan risiko penyakit jantung dan kematian dini.

Indikasi itu diperoleh dari sebuah studi terbaru, terlepas dari tingkat testosteron yang dimiliki pria.

Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai ketidakmampuan mendapatkan atau mempertahankan ereksi dalam waktu lama untuk berhubungan seks, dan kondisi itu memengaruhi hampir 30 juta pria AS, menurut Harvard Medical School.

Data dari The Global Study of Sexual Attitudes and Behavior yang meneliti 29 negara (termasuk Indonesia), menemukan jumlah penderita disfungsi ereksi terbanyak berada di kawasan Asia Tenggara (28,1 persen).

Angka itu diikuti Asia Timur (27,1 persen), dan Eropa Utara (13,3 persen).

Kondisi ini lebih sering terjadi pada pria lebih tua, dan sering dikaitkan dengan rendahnya kadar testosteron.

Testosteron adalah hormon seks utama yang menjadi kunci dalam pengembangan jaringan reproduksi pria dan pertumbuhan otot, massa tulang, serta rambut tubuh.

Kadar testosteron yang rendah sebelumnya dikaitkan dengan risiko kematian dini untuk pria dibandingkan mereka yang memiliki kadar hormon normal.

Namun, hasil dari penelitian itu tidak konsisten, kata Dr. Leen Antonio dari KU Leuven-University Hospitals di Belgia, pemimpin studi yang meneliti hubungan antara kadar hormon dan fungsi seksual pada pria.

Apa yang ditemukan tim Antonio menunjukkan kadar testosteron pria mungkin bukan penanda yang pasti bila dibandingkan dengan disfungsi ereksi.

"Karena penyakit pembuluh darah dan kadar testosteron rendah sama-sama memengaruhi fungsi ereksi, maka masalah seksual dapat menjadi tanda awal adanya risiko dan kematian kardiovaskular," kata Antonio.

Penelitian tersebut dipublikasikan di Journal of the Endocrine Society.

Baca juga: 5 Penyebab Impotensi di Usia Muda

Tingkat hormon dan impotensi

Para peneliti memeriksa data dari hampir 2.000 pria berusia 40 hingga 79 tahun yang berpartisipasi dalam European Male Aging Study.

European Male Aging Study adalah studi besar yang menyelidiki perubahan hormon terkait usia dan kesehatan pada pria yang dilakukan antara 2003 dan 2005.

Halaman:
Baca tentang
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com