Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2020, 16:58 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

Selain itu Anda pun bisa membuat infuse water dengan memotong jeruk tanpa mengupas kulitnya terlebih dahulu.

Namun ingat, hasil penelitian ini masih dalam tahap awal awal. Sehingga, perlu lebih banyak riset lagi untuk bisa benar-benar memastikan khasiat kulit jeruk dalam mencegah infeksi Covid-19.

Baca juga: 9 Manfaat Jeruk Bali yang Ternyata Menyehatkan

3. Jambu biji

Masih dari tim peneliti yang sama, tanaman yang selanjutnya dianggap berpotensi untuk dijadikan obat herbal penangkal corona adalah jambu biji.

Sebab menurut para peneliti dari UI dan IPB tersebut, jambu biji memiliki komponen yang cukup lengkap untuk melawan infeksi virus corona.

Senyawa tersebut antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin, dan myricetin. Namun karena penelitian ini belum pernah dilakukan langsung pada manusia, maka masih diperlukan waktu lebih lama untuk bisa memastikan kemampuan jambu biji tersebut.

4. Daun kelor

Ilustrasi daun kelorshutterstock Ilustrasi daun kelor
Penelitian gabungan tersebut rupanya tak hanya meneliti jeruk dan jambu biji, tapi juga daun kelor.

Senyawa-senyawa yang dianggap bermanfaat untuk menangkan virus corona tersebut juga ada di daun yang memang sudah sering dijadikan obat herbal ini.

Lagi-lagi, bijaklah jika ingin menggunakan daun kelor sebagai penangkal virus corona. Sebab, penelitian yang dilakukan masih dalam tahap awal.

Baca juga: Intip Berbagai Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan

Kata dokter soal cegah Covid-19 menggunakan tanaman herbal

Mengetahui tanaman herbal yang dianggap berpotensi mencegah virus corona memang tidak ada salahnya. Meski begitu, medical editor SehatQ, dr. Karlina Lestari mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap klaim tersebut.

Pasalnya, hingga saat ini belum ada penelitian yang dengan jelas memaparkan bahwa obat herbal tertentu bisa menyembuhkan coronavirus dalam hal ini spesifik Covid-19.

Lagipula, sejauh ini, obat-obat herbal yang diteliti terkait Covid-19 lebih bertujuan untuk melihat kemampuannya dalam meningkatkan sistem imun, bukan untuk benar-benar menyembuhkan.

“Jadi kalau mau konsumsi, harus lebih hati-hati. Jangan percaya 100% dengan klaim tersebut karena penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan,” ungkapnya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com