KOMPAS.com – Respon seseorang ketika menghadapi realita masalah sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya. Itu sebabnya ada orang yang tetap waspada namun bisa meredam kecemasannya selama pandemi corona ini, tapi lebih banyak yang takut.
Pandemi Covid-19 ini memang merupakan situasi yang penuh ketidakpastian dan berat. Banyak orang yang dihantui kecemasan, bahkan berpotensi mengalami berbagai gangguan kesehatan jiwa.
Dijelaskan oleh psikolog Sandi Kartasasmita, respon kita selama menghadapi bencana seperti pandemi sangat dipengaruhi oleh kepribadian atau karakter.
Dalam ilmu psikologi, tipe kepribadian dibagi menjadi lima dimensi, menurut teori Lewis Goldberg.
Dimensi tersebut adalah Openness (terbuka terhadap hal baru), Conscientiousness (berhati-hati), Extraversion (nyaman berinteraksi dengan orang lain), Agreeableness (mudah bersepakat) dan Neuroticism (neurotisme).
Baca juga: Tak Selalu Buruk, Gangguan Kepribadian Narsistik Punya Dampak Positif
Di zona manakah kamu sekarang?
Mari kita tinggalkan Zona Ketakutan. Bersama kita menuju Zona Belajar dan segera mencapai Zona Bertumbuh.#BersatuMelawanCovid19#BersamaKitaBisa #Covid19
Terjemahan oleh: Annastasia Ediati pic.twitter.com/MTBP9V9E8O
— KBRI Den Haag (@kbridenhaag) April 5, 2020
Di media sosial sedang viral sebuah infografis yang menunjukkan tiga zona emosional di era Covid-19 sedang viral. Menurut grafis tersebut, ada tiga zona yang menggambarkan kondisi emosi kita, yaitu zona ketakutan, zona belajar, dan zona bertumbuh.
“Orang-orang dengan tipe kepribadian dominan neurotisme cenderung lebih lama berada di zona ketakutan selama wabah corona,” kata Sandi.
Orang berkepribadian neurotisme memiliki ciri memiliki keinginan yang berlebihan namun kurang dapat dikontrol serta sulit membatasinya.
Selama wabah ini, mungkin mereka akan berusaha melindungi diri dengan memborong masker atau sembako, serta sering mengeluh dan menyebarkan rasa takut ke orang lain.
Sedangkan orang yang ciri kepribadiannya lebih dominan bertipe terbuka, selalu ingin belajar, maka ia mungkin langsung berada di zona bertumbuh. Dalam zona ini seseorang akan memiliki kemampuan untuk mempraktikkan keheningan dan kesabaran.
Baca juga: Maukah Kita untuk Belajar dan Tumbuh dalam Situasi Pandemi?
Tipe dominan
Sandi menambahkan, setiap individu pada dasarnya memiliki 5 tipe kepribadian, tetapi ada satu tipe yang dominan. Orang yang punya karakter neurotisme misalnya, bukan berarti tidak bisa menumbuhkan agreeableness dalam dirinya.
“Semua orang wajar kalau merasa takut terhadap virus corona. Tapi, orang yang dominan tipe openness akan lebih cepat berubah, selalu terbuka pada pengetahuan. Sementara yang neurotic akan berkutat di zona ketakutan,” papar dosen psikologi kesehatan di Universitas Tarumanegara Jakarta ini.
Yang bisa dilakukan agar kita tidak terus berada di zona ketakutan dan kecemasan adalah dengan memperkuat karakter lain dalam diri. Misalnya terbuka pada informasi yang akurat, mempelajari hubungan sekitar, dan sebagainya.
“Kita bisa berubah, kuncinya adalah mau atau tidak,” ujar Sandi.
Baca juga: Cara Mengendalikan Kecemasan di Tengah Pandemi Corona
Rasa cemas dan takut menghadapi wabah yang tidak jelas kapan berakhirnya ini merupakan hal yang wajar. Tetapi kita juga harus menerima situasi ini sebagai realitas.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk meredakan kecemasan.
Menurut Sandi, untuk menumbuhkan rasa tenang, kita perlu berhenti mencari kepastian.
“Manusia selalu mencari kepastian, padahal dalam hidup tidak ada kepastian. Misalnya, saya ingin sehat, itu boleh. Tapi, kita tak tidak bisa sehat terus. Atau saya mau wabah ini cepat selesai, padahal tidak ada yang bisa memastikannya,” katanya.
Dalam situasi yang serba tidak pasti ini, Sandi menyarankan agar kita melakukan hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan bisa kita kerjakan. Misalnya, menjaga jarak fisik, menjaga kebersihan, hidup sehat.
Baca juga: Gangguan Psikosomatis, Saat Stres Melampaui Batas
“Kita perlu mengembangkan bagaimana belajar bahagia dalam kondisi seperti ini, sekecil apa pun yang bisa kita lakukan,” ujar pendiri lembaga psikologi Morphosa ini.
Dari pada mengeluh karena bosan harus terkungkung di rumah, mengapa kita tidak membereskan rumah. Mungkin selama ini kita di rumah tapi tidak pernah melihat rumah dengan cermat.
Jika ada kelebihan, kita juga bisa mulai melakukan aksi sosial membantu sesama yang paling terdampak oleh wabah ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.