Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/04/2020, 08:49 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hingga saat ini, belum ada vaksin yang benar-benar ampuh untuk mengatasi virus corona.

Virus corona telah menginfeksi sebanyak 1.270.854 orang di seluruh dunia dan menyebabkan 69.383 orang di antaranya meninggal dunia.

Demikian data worldometers.info yang diperbarui pada Minggu (5/4/2020).

Kini, para ilmuwan di banyak negara tengah menguji vaksin tuberkulosis (TB).

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Vaksin BCG untuk Cegah Serangan Tuberkulosis

Hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah vaksin tersebut dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menurunkan gejala gangguan pernapasan bagi yang terinfeksi Covid-19.

Seperti dilansir laman New York Times, vaksin Bacillus Calmette-Guerin masih digunakan di negara-negara berkembang.

Lalu, para ilmuwan menemukan, vaksin ini tidak sekadar mencegah penyakit tuberkulosis.

Vaksin ini juga mencegah kematian pada bayi dari berbagai sebab, dan mengurangi insiden infeksi pernapasan secara signifikan.

Menurut para ahli, vaksin TB seolah melatih sistem kekebalan untuk mengenali dan merespon berbagai infeksi, termasuk virus, bakteri, dan parasit.

Ada sedikit bukti vaksin akan melemahkan infeksi virus corona, namun serangkaian uji klinis diperlukan selama beberapa bulan untuk membuktikan hal ini.

Para ilmuwan di Melbourne, Australia, mulai mengelola vaksin BCG dan juga plasebo kepada ribuan dokter, perawat, terapis pernapasan dan petugas perawatan kesehatan lainnya.

Plasebo biasanya hanya berisi serbuk laktosa yang tidak memiliki khasiat apapun sebagai obat.

Baca juga: Tips Bikin Masker Bandana Tanpa Jahit untuk Cegah Virus Corona

Efek ini muncul karena pasien yang mendapat plasebo tidak tahu, tetapi sugesti bisa membuat obat itu benar-benar manjur layaknya obat asli.

Rangkaian itu merupakan uji coba terkontrol acak pertama yang bertujuan menguji efektivitas vaksin tuberkulosis terhadap virus corona.

"Tidak ada yang mengatakan ini obat mujarab," kata Nigel Curtis, peneliti penyakit menular di University of Melbourne dan Murdoch Children's Research Institute, perencana uji coba.

"Apa yang ingin kita lakukan adalah mengurangi masa di mana petugas kesehatan yang terinfeksi berada dalam kondisi kurang baik, agar mereka segera pulih dan kembali bekerja."

Tak hanya itu, sebuah uji klinis terhadap 1.000 petugas perawatan kesehatan dimulai di Belanda.

Demikian dikatakan Dr. Mihai G. Netea, spesialis penyakit menular di Radboud University Medical Center di Nijmegen, Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com