Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/04/2020, 08:49 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sebanyak 800 petugas kesehatan telah mendaftar untuk uji klinis tersebut. Seperti di Australia, setengah dari peserta menerima vaksin plasebo.

Dr. Denise Faustman, Direktur Imunobiologi di Massachusetts General Hospital, AS, sedang mencari dana untuk memulai uji klinis pada petugas perawatan kesehatan di Boston.

Hasilnya akan tersedia dalam waktu empat bulan ke depan.

"Kami mempunyai data yang sangat kuat dari uji klinis pada manusia bahwa vaksin ini melindungi kita dari infeksi virus dan parasit," kata Dr. Faustman.

Vaksin BCG mempunyai sejarah yang tidak biasa. Vaksin ini terinspirasi pada tahun 1800-an dari sebuah observasi dari seorang wanita pemerah susu yang terbukti tidak mengembangkan gejala TBC.

Baca juga: Konsumsi Vitamin C Dosis Tinggi untuk Cegah Virus Corona Tak Berguna

Vaksin ini diberi nama sesuai penemunya, Dr. Albert Calmette dan Dr. Camille Guerin, yang mengembangkan vaksin dari myctobacterium bovis, bentuk tuberkulosis yang menginfeksi ternak.

Para ilmuwan membiakkan bakteri dari ambing sapi (kelenjar dalam payudara sapi yang mengeluarkan air susu).

Mereka lalu membiakkan TB sapi lebih dari satu dekade hingga lemah agar tidak menyebabkan penyakit mematikan saat diberikan kepada hewan laboratorium.

Vaksin BCG pertama kali digunakan pada manusia di tahun 1921 dan diadopsi secara luas setelah Perang Dunia II.

Sekarang, vaksin ini digunakan di negara berkembang dan negara-negara yang mempunyai banyak kasus terkait tuberkulosis, diberikan kepada lebih dari 100 juta bayi per tahunnya.

Seperti vaksin lainnya, BCG memiliki target spesifik, yaitu tuberkulosis.

Namun bukti yang terkumpul satu dekade terakhir menunjukkan vaksin ini juga memiliki efek "tidak sesuai target", yaitu mengurangi penyakit virus, infeksi saluran pernapasan, sepsis, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Studi awal yang menggambarkan manfaat luas dari vaksin BCG adalah uji coba secara acak pada 2.320 bayi di Guinea-Bissau, Afrika Barat.

Studi yang diterbitkan pada 2011 ini mengungkap, tingkat kematian pada bayi dengan berat badan rendah saat lahir berkurang pasca vaksinasi.

Sebuah uji coba lanjutan melaporkan, angka kematian penyakit menular pada bayi dengan berat badan rendah yang divaksinasi berkurang lebih dari 40 persen.

Baca juga: Nasib Tren Sneakers Tanah Air di Tengah Pandemi Corona

Studi epidemiologi lain, termasuk studi terhadap lebih dari 150.000 anak di 33 negara selama 25 tahun menemukan, anak yang mendapat vaksin BCG memiliki risiko 40 persen lebih rendah terkena infeksi saluran pernapasan bawah akut.

Kemudian, penelitian pada orang berusia lanjut menemukan, vaksin BCG mengurangi insiden infeksi saluran pernapasan atas akut.

Ulasan terbaru dari WHO menyimpulkan, vaksin BCG atau vaksin tuberkulosis memiliki efek di luar target yang menguntungkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com