Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerja Lebih Sedikit Saat "WFH", tapi Kenapa Tidur Lebih Banyak?

Kompas.com - 08/04/2020, 09:29 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Ia menjelaskan, pada hari-hari normal, stres datang dari berbagai arah, sedangkan saat ini kita sama-sama ditarik ke satu arah yang sama.

Dengan kata lain, kekhawatiran-kekhawatiran kecil semua menjadi tidak ada, dan berganti dengan satu pikiran besar, yakni "bagaimana virus corona memengaruhi saya, keluarga, dan dunia?".

Padahal, sebelumnya pertanyaan yang muncul hanya -misalnya, "bagaimana agar presentasi besok berjalan baik?", "apa yang harus aku berikan sebagai kado ulang tahun ibu?", atau "siapa saja teman kantor yang akan diajak nonton film besok?".

St Pierre menambahkan, otak kita tidak pandai mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu atau multitasking.

Baca juga: 6 Alasan Kamu Harus Cuci Muka Sebelum Tidur

Maka kecemasan yang menjadi satu itulah yang mungkin lebih mudah membuatmu tidur.

3. Beban stres mental dan emosional sama seperti stres fisik

Dengan semua penutupan kantor, sekolah, dan tempat publik, banyak orang lebih jarang bergerak aktif daripada sebelumnya.

Kondisi ini secara teori membuat seseorang memiliki energi berlebih dan membuat mereka bisa terjaga lebih malam.

Beban fisik memang lebih minim, namun beban mental dan emosional memiliki dampak yang sama melelahkannya pada tubuh.

"Setiap orang punya kapasitas dalam menahan stres," kata St Pierre.

Ia menyarankan orang-orang yang "kantung" stresnya sudah penuh mencari cara untuk meremajakan diri kembali dengan beraktivitas fisik.

Hal itu bisa dilakukan dengan berjalan, menghabiskan waktu berjalan di alam, atau melakukan yoga.

Kuncinya adalah menemukan tempat yang pas dan olahraga bisa menjadi solusi masalah yang sehat, yang jika tidak dilakukan secara berlebih akan meningkatkan daya tahan tubuh.

Baca juga: 3 Cara Menjaga Tidur Tetap Nyaman Saat Hidung Tersumbat

Sebuah studi, misalnya, menemukan, orang yang jalan cepat setiap harinya selama 12-15 minggu dilaporkan hanya mengalami hari sakit setengah lebih sedikit daripada mereka yang hanya bermalas-malasan.

"Gunakan akal sehat dan rasakan bagaimana olahraga membuat kita merasa lebih baik," kata dokter pengobatan darurat, Dr Jebidiah Ballard.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com