Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2020, 09:57 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

4. Gangguan memori dan bicara

Seseorang yang menjadi korban dalam hubungan kekerasan biasanya juga memiliki gangguan memori dan bicara, misalnya kesulitan membaca buku, memproses informasi baru atau menyimpan memori tertentu.

"Ketika seseorang menjadi korban hubungan kekerasan, fungsi-fungsi tersebut sangat sulit dijalankan," katanya.

Penyebabnya, pikiran mencoba memproses apa yang terjadi, mengapa pasangan mereka kejam dan manipulatif, kemudian berusaha keras mencari solusi.

Masalahnya, pihak pelaku tidak sama-sama mencari solusi. Korban berpikir semua orang menginginkan sebuah harmoni, namun pelaku psikologis tidak menginginkan itu.

Ia menambahkan, bagian pemulihan dari korban adalah kembali menemukan suara mereka. Tidak harus sempurna, tapi mereka memerlukan ruang bicara yang bebas dan bisa tenang dalam berbicara, karena sebelumnya mereka harus sangat memilih kata-kata dengan hati-hati sebab berada di posisi yang rapuh.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Kasus KDRT di Dunia Meningkat akibat Covid-19

5. Otot tegang

Otot tegang adalah indikator seseorang merasa gelisah, namun ia tetap merasionalisasinya sebagai masalah biasa.

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi

Percaya naluri

Cobalah untuk lebih memercayai naluri. Dari pengalaman Thomas terhadap kliennya, korban kekerasan psikologis sebetulnya tidak menyukai orang yang melakukan kekerasan terhadap mereka.

Mereka tahu itu salah, tapi mereka merasionalisasinya dan tetap menghabiskan waktu dengan si pelaku kekerasan.

"Di situlah trauma bonding berawal. Namun ini sangat umum terjadi sebelum ada ketertarikan terjadi," ungkapnya.

Terkadang, pelaku kekerasan terlihat sangat karismatik, namun seringkali naluri korban mengatakan orang tersebut harus diwaspadai.

Baca juga: Waspadai, 7 Tanda Kamu Kencan dengan Orang Narsis

"Kurasa itulah yang terjadi ketika kita melihat mereka dengan mata jernih. Kita merasa ada sesuatu yang tidak benar, kemudian seiring waktu mata kita terdistorsi dan pada akhirnya memiliki keterikatan," kata Thomas.

Gejala fisik hubungan dengan kekerasan biasanya perlahan menghilang seiring korban pergi meninggalkan pelaku, namun terkadang gejala tersebut bertahan.

Misalnya, mereka merasa lebih rentan terhadap kecemasan daripada sebelumnya, atau perut mereka lebih sensitif daripada sebelumnya.

Namun, hal ini bervariasi pada setiap orang dan bergantung pada faktor lain, seperti usia, kondisi kesehatan umum dan berapa lama kekerasan terjadi.

"Selalu ada waktu pemulihan untuk setiap orang. Hanya saja, berapa lama pemulihan tersebut perlu dilakukan untuk setiap hubungan dengan kekerasan, masih menjadi pertanyaan," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com