KOMPAS.com – Kebijakan utuk menutup kota-kota (lockdown) di sejumlah negara, diikuti dengan penuturan restoran dan tempat publik lainnya, berdampak pada perilaku dan kebiasaan makan tikus.
Pada akhir Maret lalu, di sepanjang jalan French Quarter di New Orleans, Amerika, datang sekawanan “tamu”. Tak berapa lama setelah toko dan restoran di jalan yang terkenal itu tutup, tikus-tikus pun keluar dari persembunyiannya.
Kondisi serupa juga ditemui di kota-kota lain yang penduduknya kini lebih banyak beraktivitas di rumah saja untuk menekan penularan Covid-19.
Tikus yang merajalela itu, menurut pakar hewan pengerat Robert Corrigan, tidak mengherankan.
“Koloni tikus yang selama ini bergantung pada sisa-sisa makanan manusia dan mengerubungi tempat sampah di malam hari, sekarang kebingungan bagaimana mencari makan,” kata Corrigan seperti dikutip BBC.
Baca juga: Wabah Virus Corona, Dokter di New York Bersiap Kondisi Terburuk
Tikus-tikus itu kelaparan karena manusia di seluruh dunia kini mengubah kebiasaannya selama pandemi. Karantina di rumah berarti tidak adanya makanan bagi hewan pengerat.
Dewan pengendalian hama New Orleans, Claudia Riegel, mengatakan sudah banyak laporan tikus-tikus muncul di area baru dan juga di jam-jam yang tidak biasa, karena hewan tersebut sebenarnya hanya muncul di malam hari (nocturnal).
Di Inggris, Asosiasi Teknisi Hama Nasional, mengingatkan bahwa penutuan restoran, bar, hotel, dan juga tempat wisata, bisa mendatangkan konsekuensi yang tak terduga.
Karena tidak adanya makanan bagi tikus, populasi hewan ini akan berkembang di gedung-gedung kosong dan merajalela karena tidak adanya manusia. Hewan ini juga akan berkeliaran mencari makanan.
Corrigan mengatakan, tikus yang lapar bisa menjejalah tempat yang jauh, bahkan ke lingungan yang tidak pernah ada tikus sebelumnya.