Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/04/2020, 10:03 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Diet yo-yo adalah pola turun berat badan dan naik kembali yang terjadi secara berulang sehingga berat badan seseorang menjadi fluktuatif.

Banyak orang mungkin berpikir turun berat badan adalah hal yang baik dan sehat, namun diet yo-yo justru bisa mengganggu kesehatan, bahkan memicu terjadinya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kenaikan Indeks Massa Tubuh (BMI) dari waktu ke waktu.

Mengapa penting untuk menghindari diet yo-yo? Karena perubahan berat badan tidak selalu baik, terutama bagi jantung.

Sebuah studi yang dipublikasikan pada 2007 di Circulation, meneliti 2.500 orang pria dan wanita dan memperbarui kabar mereka 15 tahun kemudian.

Partisipan yang berhasil menjaga berat badannya tetap stabil memiliki jantung yang lebih sehat daripada mereka yang naik turun berat badannya.

Bahkan orang-orang yang obesitas sekalipun namun berat badannya stabil, memiliki jantung yang cenderung lebih stabil.

Baca juga: 9 Alasan untuk Tidak Melakukan Diet Yoyo

Profesor dari University of Fribourg yang berspesialisasi dalam obesitas, Jean-Pierre Montani, MD mengatakan, ketika berat badan turun, tekanan darah, detak jantung, gula darah, dan fungsi ginjal kita cenderung membaik.

Namun, ketika berat badan kembali dengan cepat, langkah-langkah tersebut untuk sementara waktu bisa naik ke kisaran yang tidak sehat.

Masalahnya, hal tersebut akan menjadi sangat berbahaya jika diulang berkali-kali. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan ginjal.

Berhenti diet yo-yo

Jika kamu kesulitan menjaga berat badanmu tetap stabil dalam waktu lama, ada berbagai langkah konkret yang bisa kamu lakukan untuk memutus siklus tersebut.

Ingatlah bahwa melakukan diet ketat tidak mungkin mengubah berat badanmu dalam waktu singkat dan justru bisa membuatmu bertambah gemuk.

Untuk membuat perubahan berat badan awet, kuncinya adalah melakukan pendekatan bertahap dan buat perubahan gaya hidup yang realistis.

"Penurunan berat badan harusnya dicapai dalam jangka panjang, bukan untuk misalnya tiga bulan ke depan," katanya, seperti dilansir dari Insider.

Sekitar 43 persen orang memiliki kecenderungan obesitas dan membuat mereka lebih sulit untuk menurunkan berat badan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com