KOMPAS.com – Gangguan tidur selama pembatasan fisik dan karantina di rumah ternyata banyak dialami, termasuk fenomena mimpi yang sangat nyata atau disebut vivid dream.
Beberapa waktu lalu topik tentang vivid dream sempat ramai di Twitter. Beberapa warganet membagikan pengalaman mimpinya yang aneh atau terasa nyata, selain juga perubahan pola tidur selama karantina.
Has anyone read a piece about why the pandemic is making people’s dreams so vivid? I’ve seen a ton of people tweeting about this happening (to me, too!). Is it the trauma? The isolation? Would love to know more.
— Britni de la Cretaz (@britnidlc) March 31, 2020
Seperti namanya, vivid (tajam, jelas) seseorang yang mengalami mimpi ini mengaku bisa merasakan secara jelas aroma, bentuk, warna, bahkan rasa sakit, seperti halnya di dunia nyata.
Menurut psikolog Courtney Bancroft, vivid dream biasanya terkait dengan stres, sehingga tak mengherankan jika banyak orang mengaku mengalami mimpi ini selama pandemi Covid-19.
“Saat level stres kita meningkat, kita juga akan lebih sering mengalami vivid dream. Otak kita dibajiri oleh neurotransmitter dan zat kimia, seperti adrenalin dan epinefrin. Ketika hal itu aktif, bahkan di siang hari, efeknya bisa tetap terasa sampai waktu kita tertidur dan bisa mengganggu siklus tidur normal dan menyebabkan vivid dream,” kata Bancroft.
Situasi yang tidak pasti seperti pandemi saat ini menyebabkan stres global. Peningkatan stres ini bisa menyebabkan seseorang sulit tidur atau tidur nyenyak.
Baca juga: Mengapa Jadi Susah Tidur Selama Karantina di Rumah?
“JIka kita sedang stres, kemampuan kita untuk lengah dan tertidur normal akan terganggu. Otak akan berusaha membuat kita selalu waspada dan kita akan mengalami sulit tidur dan mimpi yang lebih intens,” katanya.
Saat stres, tubuh juga terasa seperti tertekan sehingga muncul mimpi tentang harapan terpendam. Walau terasa sangat nyata, namun vivid dream tidak berbahaya.
Ada pula vivid dream yang membuat seseorang merasa seperti kekurangan oksigen. Keadan ini dipicu posisi tidur yang salah. Saat terjadi, otak berusaha membangunkan orang itu agar bisa bernapas dengan lancar kembali.
Psikolog Joshua Tal mengatakan, selain stres ada beberapa penyebab lain mengapa seseorang mengalami mimpi yang “nyata” dibanding biasanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.