Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2020, 14:44 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang dari berbagai belahan dunia membagikan kesaksian tentang gejala virus corona yang mereka alami.

Laporan anekdotal ini menunjukkan, gejalanya bervariasi dari orang ke orang. Tetapi, satu pengalaman yang relatif umum adalah rasa sakit di minggu kedua.

Di waktu inilah, pasien merasa seperti sedang dalam proses penyembuhan. Tetapi kemudian, gejala virus tersebut meningkat, dan menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Tentang kondisi ini, para ahli kesehatan belum menemukan jawaban mengapa hanya sebagian dari populasi yang mengalami rasa sakit pada minggu kedua.

Baca juga: Kisah Pasien Corona, Rayakan 50 Tahun Pernikahan di Ruang Perawatan

Biasanya kondisi tersebut dibarengi dengan demam tinggi, sesak napas, dan kelelahan yang ekstrem.

Empat pasien virus corona dan dua dokter memberi penjelasan detail mengenai seberapa parah kondisi tubuh akibat virus tersebut di minggu kedua.

1. Aria Bendix

Aria Bendix adalah jurnalis sains berusia 27 tahun. Ia menderita sakit tulang rusuk yang luar biasa ketika memasuki minggu kedua gejala virus corona.

Dalam sebuah esai yang ia tulis untuk Business Insider, Bendix mengatakan gejala ringan virus corona berubah menjadi gejala yang lebih serius hingga dia merasa kian sakit.

Bendix menyebut, awalnya ia hanya merasakan sakit di tubuh, namun 24 jam kemudian dia juga merasa kedinginan.

"Rasanya seolah saya berlari maraton, lalu ditabrak mobil. Saya memutuskan untuk mengisolasi diri di dalam apartemen saya," tulis Bendix.

Beberapa hari berlalu, dan Bendix mengatakan rasa sakitnya mulai hilang. Dia berasumsi dirinya sedang menuju pemulihan.

Namun kemudian, rasa sakit pada tulang rusuk timbul.

"Ada tekanan, seolah-olah seseorang meremas paru-paru saya seperti akordeon. Napas saya terasa berat," tulis Bendix.

Baca juga: Tempur Lawan Corona, Eiger Bikin Ribuan APD Gratis untuk Tenaga Medis

Setelah menuju ruang gawat darurat, dokter mengatakan mereka tidak dapat menguji Bendix, tetapi gejalanya mengisyaratkan dia menderita Covid-19.

Sesampainya di rumah, Bendix mengatakan dia mengalami kesulitan tidur di malam hari selama seminggu dan susah bernapas, sebelum akhirnya dia merasa normal kembali.

"Itu sekitar waktu yang sama ketika saya menderita sakit tenggorokan. Selama kira-kira 24 jam, saya sulit menelan makanan atau cairan," tulis Bendix.

"Pada hari ke 14, hari di mana saya seharusnya tidak lagi menularkan virus, sakitnya kembali. Saya merasa seolah kembali ke titik awal, tetapi setidaknya saya bisa bernapas."

Pada tanggal 5 April, ketika Bendix menerbitkan esainya, dia mengatakan kondisinya lebih baik, namun masih memiliki gejala seperti sakit tenggorokan dan kelelahan.

2. Rosemary O'Hara

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com