Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 16/04/2020, 09:14 WIB

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak aspek dalam kehidupan manusia.

Di antara perubahan itu --tentu saja, adalah bagaimana orang bekerja, bersosialisasi, hingga melakukan aktivitas lain, seperti berolahraga.

Dengan semua perubahan tersebut, kita pun membayangkan, kapan tepatnya pandemi ini akan berakhir, dan kita dapat kembali menjalankan aktivitas sebagai manusia normal.

Berdasarkan hasil penelitian di Harvard T.H. Chan's School of Public Health, langkah pembatasan sosial (social distancing) akan diperlukan hingga tahun 2022.

Baca juga: Dirumahkan Selama Social Distancing? Saatnya Belajar Keterampilan Baru

Hal itu diramalkan bakal terjadi jikamasih  tidak ada vaksin atau pun perawatan yang efektif terhadap mereka yang terjangkit virus corona.

Pada sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science, Selasa (14/4/2020), tim ahli epidemiologi di Harvard juga menilai apa yang diketahui tentang Covid-19 -dan virus corona lain, untuk memprediksi kemungkinan skenario krisis kesehatan global saat ini.

Studi itu mencatat, langkah pembatasan sosial seperti menutup sekolah, larangan berkumpul di area umum, dan tetap berada di rumah, bisa diperlukan hingga beberapa tahun mendatang.

"Tidak ada intervensi lain, metrik kunci untuk keberhasilan pembatasan sosial adalah apakah kapasitas perawatan kritis telah dilampaui," demikian diungkapkan peneliti dalam laporan tersebut.

"Untuk menghindari ini, pembatasan sosial yang lama mungkin diperlukan hingga tahun 2022."

Para peneliti mengatakan sangat penting untuk menemukan apakah virus corona bisa hilang setelah gelombang pandemi awal ini, seperti wabah SARS di tahun 2003.

Baca juga: Lihat, Social Distancing Bikin Para Seleb Jadi Sering ke Dapur

Jika bukan ini masalahnya, tim Harvard mengatakan kemungkinan Covid-19 akan muncul kembali setiap musim dingin, seperti virus corona lain yang lebih umum.

"Bahkan jika terjadi eliminasi yang jelas, pengawasan SARS-CoV-2 harus dipertahankan karena kebangkitan penularan bisa memungkinkan hingga tahun 2024," tulis mereka dalam laporan yang sama.

Konsekuensi negatif

Pandemi virus corona memaksa negara-negara di seluruh dunia secara efektif melakukan lockdown, dan banyak Pemerintah membatasi kehidupan miliaran orang.

Tindakan lockdown telah dilaksanakan di 187 negara, atau wilayah dalam upaya memperlambat penyebaran wabah global.

Beberapa negara di Eropa telah bergerak secara perlahan dan berhati-hati untuk keluar dari masa lockdown, setelah menjalani beberapa minggu pembatasan sosial dan ekonomi yang ketat.

Amerika Serikat, pusat pandemi global wabah virus corona, telah memberi isyarat 1 Mei sebagai tanggal potensial untuk mengendurkan pembatasan sosial.

Baca juga: Sederet Artis Potong Rambut di Rumah karena Social Distancing

Para peneliti di Harvard mengatakan, mereka sadar jarak sosial yang berkepanjangan, bahkan jika berselang, kemungkinan memiliki konsekuensi ekonomi, sosial, dan pendidikan yang sangat negatif.

Peneliti menekankan, tujuan mereka bukan mendukung kebijakan pemerintah, namun memacu ide-ide inovatif, dan memperluas daftar pilihan untuk mengendalikan pandemi dalam jangka panjang.

Studi juga menyebut, penting untuk memahami apakah orang dapat menjadi kebal terhadap virus corona setelah mereka terinfeksi, dan hal ini belum diketahui.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, bukti dari sejumlah negara di dunia memberi mereka gambaran lebih jelas tentang virus corona, bagaimana perilakunya, cara menghentikannya serta cara mengobatinya.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan komentar pada konferensi pers awal pekan ini.

Baca juga: Social Distancing karena Corona, Jangan Lupa Jaga Kebersihan Rumah

"Keterkaitan global kita berarti risiko pengenalan kembali virus dan kebangkitan penyakit akan terus berlanjut."

"Pada akhirnya, pengembangan, dan pengiriman vaksin yang aman dan efektif akan diperlukan untuk sepenuhnya menghentikan penularan," kata Tedros.

Sampai hari Rabu (15/4/2020), hampir dua juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi Covid-19, dan sebanyak 127.590 di antaranya meninggal dunia, menurut data dari Johns Hopkins University.

 
 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke