KOMPAS.com – Mengenakan pakaian sopan, berhijab, mengonsumsi makanan halal, jalan-jalan ke destinasi wisata halal, menghindari riba, menjadi sebagian dari bentuk gaya hidup syariah.
Perkembangan gaya hidup syariah di negara-negara Muslim, bahkan dunia, semakin membesar dari tahun ke tahun.
Salah satu alasannya karena, gaya hidup syariah tak melulu bicara tentang Muslim. “Misalnya makanan halal. Healthy food itu masuk dalam lingkup industri halal."
"Makanya konsumen berkepentingan. Halal sudah pasti sehat,” ujar Ketua Program Studi Ekonomi Islam Universitas Padjadjaran (Unpad), Cupian, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.
Baca juga: Trik Donita Mengenalkan soal Makanan Halal pada Anak
Cupian mencontohkan, saat masalah virus corona mulai menyerang China, masyarakat di Singapura berbondong-bondong mencari vendor makanan halal.
Sebab, mereka meyakini, untuk meningkatkan imun, diperlukan makanan sehat yang bisa didapat dari makanan halal.
“Mereka mengantre cari makanan halal, dan kebanyakan non Muslim. Mereka tidak dilatarbelakangi religiusitas tapi makanan sehat,” tutur Cupian.
Begitu pun dalam hal fesyen. Indonesia kini begitu diperhitungkan di dunia untuk fesyen Muslim. Posisinya berada di bawah Uni Emirat Arab (UEA).
Direktur Pendidikan dan Riset Keuangan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan hal serupa.
Potensi ekonomi syariah di dunia terbilang besar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.