Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2020, 16:10 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak anggapan bahwa virus corona dapat melayang di udara (airborne), terutama di tempat-tempat yang menggunakan aerosol.

Jika begitu, bagaimana dengan kentut? Apakah virus corona dapat menyebar melalui kentut?

Kendati -mungkin, terdengar aneh, ahli kesehatan menyebut pertanyaan itu sangat wajar.

Sebuah laporan baru-baru ini mengungkap, beberapa dokter telah membahas pertanyaan serupa, terkait potensi penyebaran virus corona.

Baca juga: Cara Demi Lovato Berjuang Perangi Dampak Pandemi Corona

Di dalam laporan tersebut disebutkan, belum ada penelitian yang luas tentang masalah kentut yang menyebarkan virus corona.

Namun demikian, ada sebuah penelitian yang menyebut, kentut saat tanpa mengenakan celana bisa saja berisiko.

Laporan itu dikembangkan dari diskusi antara dua dokter yang memperdebatkan kemungkinan perut kembung sebagai media untuk virus.

Keduanya mengatakan, ada beberapa penelitian yang dapat digunakan, di mana sejumlah besar pasien virus corona menunjukkan gejala gastrointestinal -perdarahan saluran cerna.

"Tidak ada data yang dipublikasikan terkait apakah sekadar perut kembung memperlihatkan risiko penularan."'

Baca juga: Perubahan Perilaku Para Ibu di Indonesia Selama Pandemi Corona

"Meskipun pada orang terdekat tidak mungkin menjadi rute penularan signifikan," kata salah satu dokter.

Perut kembung menghasilkan aerosol

Sebelumnya, WHO menyatakan, virus corona dapat tetap berada di atmosfer di mana prosedur penghasil aerosol dilakukan, seperti di rumah sakit.

Prosedur medis tertentu menghasilkan aerosol yang tinggal di atmosfer untuk periode waktu lebih lama.

Hal itu misalnya terjadi saat intubasi, ekstubasi, dan prosedur terkait, prosedur gigi, Continuous Positive Airway Pressure Ventilation (CPAP), dan lain-lain.

Nah, perut kembung dan kentut juga merupakan prosedur yang menghasilkan aerosol, sehingga ada kemungkinan gas buang menjadi media.

Studi lain mengungkap, kentut memang membawa partikel mikro yang memiliki kemampuan menyebarkan bakteri.

Baca juga: Kentut Terus-menerus Tanda Kondisi Apa?

Kendati demikian, pendapat ini masih diragukan. Masih diperlukan penelitian tambahan secara menyeluruh untuk mengidentifikasi intensitas infeksi tersebut.

Centers of Disease Control and Prevention di Distrik Tongzhou, Cina, mengklaim, celana akan bertindak sebagai penghalang terhadap kentut yang membawa virus Covid-19.

Sehingga, mereka meyakini, kentut tidak akan menyebarkan virus, jika seseorang mengenakan celana.

Sementara itu, Andy Tagg, dokter di Austria mengatakan, kentut dapat menyebabkan virus corona setelah menganalisis serangkaian tes yang diambil dari pasien Covid-19 di awal tahun ini.

Dia mengutip tes yang mengungkapkan, virus tersebut ada di feses pada 55 persen pasien dengan Covid-19.

"SARS-CoV-2 dapat dideteksi di feses, dan telah terdeteksi pada individu tanpa gejala hingga 17 hari setelah paparan virus," tulis Dr. Tagg, seperti dikutip The Sun.

Baca juga: Gejala Sesak Napas Penderita Asma dan Covid-19, Apa Bedanya?

Ia menambahkan, tes sebelumnya menunjukkan kentut memiliki kekuatan untuk menyemprotkan serbuk jarak jauh.

"Bisa jadi SARS-CoV-2 dapat disebarkan melalui kekuatan kentut, kita membutuhkan lebih banyak bukti."

"Jadi, ingatlah untuk selalu mengenakan APD yang tepat dan tetap aman," sebut dia lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com