Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 26 April 2020, 08:53 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, memiliki kipas angin di atas atau yang diletakkan di lantai dalam kamar membantu mereka tertidur dan tetap tenang di malam hari. Membantu menjaga udara tetap sejuk, sehingga bisa tidur nyenyak.

Namun, ada yang bilang bahwa tidur dengan kipas angin tidak baik untuk kesehatan. Bahkan banyak orang mengatakan bahwa tidur dengan kipas angin bisa mengakibatkan paru-paru basah.

Benarkah tidur dengan kipas angin bisa menyebabkan paru-paru basah, atau hanya mitos belaka? Simak penjelasannya di bawah ini.

Kata ahli tentang kipas angin dan paru-paru basah

"Tidak ada yang salah tentang kipas angin," kata Dr. Len Horovitz, ahli paru di Lenox Hill Hospital di New York City.

Menurutnya, tidak ada yang salah dengan menggunakan kipas angin saat tidur, karena membantu sirkulasi udara.

Baca juga: Cuaca Panas Landa Indonesia, Berbahayakah Tidur dengan Kipas Angin?

Tidur yang cukup merupakan hal yang sangat penting bagi banyak orang dan kita tentu tidak ingin berkeringat sepanjang malam karena kepanasan. Bagi mereka yang tidak memiliki AC, kipas angin adalah alternatif terbaik.

Tetapi segala sesuatu yang menyebabkan pergerakan udara yang cepat, termasuk kipas angin, dapat menguapkan kelembapan dari mulut dan saluran hidung, dan membuatnya menjadi kering.

Kipas juga dapat menyebarkan debu ke seluruh rangan, yang dapat mengganggu orang, terutama jika mereka memiliki alergi.

“Jika tidur dengan kipas angin menyala, lebih baik untuk menjaga jarak aman dari tempat tidur dan tidak membuatnya langsung bertiup ke arah kita,” ujar Horovitz.

Sedangkan untuk menjaga dari debu dan alergen lainnya, ia merekomendasikan untuk menjaga saringan udara di kamar tidur.

Baca juga: Viral Pesan dan Foto Kondisi Paru-paru Anak 7 Tahun Penuh Cairan Diduga Covid-19

Hal yang sama juga disampaikan oleh dr. Dien Kalbu Ady dari RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Menurutnya hingga saat ini belum ada penelitian medis yang membuktikan bahwa penggunaan kipas angin bisa menyebabkan penyakit paru-paru basah.

Ia menambahkan bahwa penyakit paru-paru basah paling sering disebabkan oleh proses infeksi di paru-paru, contohnya tuberkulosis (TB).

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau