KOMPAS.com – Ketika kita remaja, menulis buku harian mungkin menjadi salah satu rutinitas untuk mencurahkan perasaan. Di era modern, buku harian itu berganti bentuk menjadi blog.
Seiring waktu, banyak orang mulai meninggalkan kegiatan menulis jurnal. Padahal, berbagai penelitian membuktikan bahwa menulis jurnal harian sangat membantu kita dalam mengendalikan pikiran, mengatur emosi, dan mengajarkan cara mengungkapkan perasaan.
Salah satu penelitian mengenai hal ini dilakukan Dr.James Pannebaker PhD dan tim dari Universitas Texas. Tim peneliti membagi sejumlah mahasiswa menjadi empat kelompok. Semua diminta menulis selama 15 menit selama empat malam berturut-turut.
Tiga kelompok diminta untuk menuliskan tentang pengalaman traumatik dalam hidupnya dan kelompok keempat menulis tentang topik sepele sehari-hari.
Kemudian seluruh kelompok itu dipantau selama 6 bulan. Hasilnya, mahasiswa dari tiga kelompok pertama yang menulis pengalaman traumatik lebih jarang mengunjungi pusat kesehatan.
Berbagai penelitian lain juga mengungkap kaitan antara mengungkapkan emosi dengan status kesehatan yang lebih baik.
Baca juga: Sejak Kapan Menulis Dilakukan?
Di tengah masa karantina ini, kegiatan menulis jurnal harian bisa kita lakukan untuk mengatasi depresi dan kecemasan, juga membuat kita hidup lebih sadar, sehat, dan bahagia.
Menurut Pennebaker, menulis tidak hanya mengulangi kejadian yang kita alami tetapi membantu kita memahami dan menempatkannya sesuai konteks.
Kita tidak hanya menulis apa yang terjadi tapi juga menemukan makna dari ingatan traumatik dan mengalami emosi di sekitarnya.
Berikut adalah tips untuk memulainya:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.