Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/04/2020, 10:39 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber Psycom

KOMPAS.com – Ketika kita remaja, menulis buku harian mungkin menjadi salah satu rutinitas untuk mencurahkan perasaan. Di era modern, buku harian itu berganti bentuk menjadi blog.

Seiring waktu, banyak orang mulai meninggalkan kegiatan menulis jurnal. Padahal, berbagai penelitian membuktikan bahwa menulis jurnal harian sangat membantu kita dalam mengendalikan pikiran, mengatur emosi, dan mengajarkan cara mengungkapkan perasaan.

Salah satu penelitian mengenai hal ini dilakukan Dr.James Pannebaker PhD dan tim dari Universitas Texas. Tim peneliti membagi sejumlah mahasiswa menjadi empat kelompok. Semua diminta menulis selama 15 menit selama empat malam berturut-turut.

Tiga kelompok diminta untuk menuliskan tentang pengalaman traumatik dalam hidupnya dan kelompok keempat menulis tentang topik sepele sehari-hari.

Kemudian seluruh kelompok itu dipantau selama 6 bulan. Hasilnya, mahasiswa dari tiga kelompok pertama yang menulis pengalaman traumatik lebih jarang mengunjungi pusat kesehatan.

Berbagai penelitian lain juga mengungkap kaitan antara mengungkapkan emosi dengan status kesehatan yang lebih baik.

Baca juga: Sejak Kapan Menulis Dilakukan?

Di tengah masa karantina ini, kegiatan menulis jurnal harian bisa kita lakukan untuk mengatasi depresi dan kecemasan, juga membuat kita hidup lebih sadar, sehat, dan bahagia.

Menurut Pennebaker, menulis tidak hanya mengulangi kejadian yang kita alami tetapi membantu kita memahami dan menempatkannya sesuai konteks.

Kita tidak hanya menulis apa yang terjadi tapi juga menemukan makna dari ingatan traumatik dan mengalami emosi di sekitarnya.

Berikut adalah tips untuk memulainya:

- Menulis sebagai terapi sebaiknya tidak dilakukan langsung setelah kejadian yang membuat trauma karena kita mungkin tidak siap untuk menghadapi banjirnya emosi.

- Luangkan waktu khusus. Kita memang tidak harus menulis jurnal setiap hari, namun carilah waktu 15 menit untuk menulis setiap 3-4 kali seminggu.

- Lakukan eksperimen. Jika kita tidak suka menulis dengan tangan, cobalah menuliskannya di blog atau merekam suara. Intinya adalah kita lebih sadar dan mendapatkan makna dari sebuah peristiwa.

Baca juga: Cegah Stres akibat Undangan Rapat dan Ngobrol di “Zoom”

- Cari tempat yang tepat. Di mana kita menulis akan berpengaruh pada cara kita merasakan dan apakah hal itu efektif. Idealnya kita menulis di tempat yang tenang.

- Jangan mengedit. Bagian dari latihan adalah memahami emosi yang hadir sehingga kita harus ekspresif. Kita tak akan bisa mencapainya jika kita selalu mengarahkan atau mengedit tulisan itu.

- Baca ulang. Sangat membantu jika kita membaca-baca lagi apa yang sudah kita tulis, tapi jangan sampai terbawa emosi. Ingatlah bahwa setiap peristiwa adalah pelajaran hidup yang berharga. Sebaiknya tuliskan uneg-uneg kita sampai selesai, jangan baru menulis dua paragraf lalu kita baca ulang, karena itu akan memengaruhi apa yang akan ditulis.

- Menulis juga butuh latihan agar terbiasa. Pada awalnya mungkin kita merasa bingung harus menulis apa, tapi lama-kelamaan kita bisa lebih jujur dan ekspresif.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Psycom
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com