Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/05/2020, 13:06 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Saat ini, sebagian besar umat muslim sedang menjalani ibadah puasa Ramadan. Ada yang sehat, ada pula yang sedang sakit namun tetap ikut berpuasa.

Tetap menjalankan puasa meski sakit tentunya berisiko, terutama bagi orang-orang yang memiliki penyakit kronis.

Namun ada beberapa kondisi ternyata bisa diuntungkan dengan berpuasa. Salah satunya adalah diabetes melitus.

Pada saat puasa, kadar gula darah akan mengalami penurunan. Kondisi ini menyebabkan penurunan dari sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra insulin, yaitu glukagon dan katekolamin.

Pada kondisi normal, perubahan kedua hormon ini berada dalam keadaan seimbang, sedangkan pada kondisi diabetes, terjadi gangguan keseimbangan glukosa.

Berkonsultasi dengan dokter

Sebelum menjalankan ibadah puasa, sebaiknya konsultasikan pada dokter mengenai obat-obatan yang sedang Anda konsumsi. Idealnya, konsultasi ini dilakukan 2-4 bulan sebelum Ramadan.

Dokter akan memeriksa kondisi Anda dan melakukan penyesuaian obat-obatan yang dikonsumsi selama puasa agar kadar gula darah tetap terkontrol. Penyesuaian obat dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien.

Selain itu, Anda dapat bersama-sama mengatur rencana pola makan, jumlah aktivitas yang sesuai, dan kontrol komplikasi akut yang dapat terjadi saat berpuasa.

Jika sedang hamil, penting bagi Anda mengetahui informasi komplikasi karena puasa. Umumnya, wanita hamil dengan diabetes berada pada kondisi risiko tinggi dan dianjurkan untuk tidak berpuasa.

Pada ibu hamil yang berpuasa, terjadi peningkatan angka kecacatan dan kematian janin maupun ibu.

Perawatan intensif terhadap diet, pemantauan gula darah dan penyesuaian dosis lebih sering dibutuhkan. Perawatan ideal dilakukan di klinik diabetes oleh ahli kebidanan, ahli diabetes, dan ahli gizi.

Baca juga: Intermittent Fasting Turunkan Risiko Penyakit Jantung dan Diabetes?

Perhatikan tanda hipoglikemia

Tidak adanya asupan makanan selama berpuasa menyebabkan bahaya terjadinya hipoglikemia lebih tinggi. Hipoglikemia adalah keadaan di mana kadar gula darah terlalu rendah.

Risiko terjadinya hipoglikemia berat berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetes, terutama golongan sulfonilurea, insulin, perubahan dosis obat, dan perubahan aktivitas yang terlalu drastis.

Perhatikan tanda adanya hipoglikemia. Bila Anda mulai mengalami gemetar, keluar banyak keringat, gelisah, dan pusing merupakan beberapa tanda adanya hipoglikemia.

Pada kondisi berat dapat terjadi pandangan kabur, kelemahan otot, sulit berbicara, kejang, dan penurunan kesadaran. Kondisi ini merupakan suatu gawat darurat dan dapat menyebabkan kematian.

Saat terjadi hipoglikemia, penanganan cepat yang perlu dilakukan adalah mengonsumsi makanan atau minuman manis.

Tindakan ini bermanfaat untuk mengembalikan kadar gula darah menjadi normal. Setelah itu, makanlah dalam porsi secukupnya.

Baca juga: Bagaimana Orang Terdekat Bisa Membantu Penderita Diabetes?

Jaga porsi makan dan jenis makanan saat berbuka

Sebagian besar masalah pada penderita diabetes selama berpuasa disebabkan karena terlalu banyak makan.

Seringkali, terjadi peningkatan konsumsi makanan yang memiliki kandungan karbohidrat dan lemak saat berbuka puasa atau setelah salat tarawih.

Saat berbuka puasa, hindari terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat serta makanan dan minuman manis.

Hal ini dapat menyebabkan lonjakan pada kadar gula darah atau hiperglikemia. Pada bulan puasa, kejadian hiperglikemia berat dapat meningkat lima kali lipat dari biasanya.

Pola makanan yang dikonsumsi selama puasa seharusnya tidak berbeda dengan pola makanan pada hari-hari lainnya.

Pilihlah makanan yang sehat dengan komposisi seimbang. Perhatikan juga porsi makan yang Anda konsumsi.

Makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan kandungan karbohidrat kompleks (contohnya nasi) yang dikonsumsi saat sahur. Distribusi kalori yang dibutuhkan dibagi ke dalam dua sampai tiga porsi di antara jam buka puasa dan sahur.

Baca juga: Punya Keturunan Diabetes? Cegah Risikonya dengan 5 Langkah Ini

Hindari dehidrasi

Pembatasan asupan cairan selama puasa dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi. Risiko dehidrasi akan meningkat saat cuaca panas dan memiliki kelembapan tinggi.

Kondisi aktivitas fisik berat dan hiperglikemia juga dapat menyebabkan dehidrasi. Oleh karena itu, perbanyak minum air saat sahur dan berbuka puasa.

Selain banyak minum, memperhatikan intensitas aktivitas yang Anda lakukan juga penting untuk menghindari diri dari dehidrasi.

Saat beraktivitas, tubuh akan membakar glukosa dalam tubuh. Aktivitas fisik yang terlalu berat menyebabkan penurunan kadar gula darah sehingga bisa menyebabkan hipoglikemia. Sebaiknya, aktivitas fisik berat dikurangi durasi dan intensitasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com