KOMPAS.com – Punya pakaian bekas seperti kaus dan hoodie yang belel atau tidak digunakan lagi?
Daripada menumpuk di lemari, cobalah mendaur ulangnya seperti yang dilakukan Putri Nabila (18) dan Qasyah Rahmani Febiyan (19).
Berkat baju yang didaur ulang, kedua mahasiswi Binus University tersebut kini mengantongi omzet Rp 60 juta per bulan.
Padahal, bisnis dengan label Our Trashes ini, baru dimulai tahun 2019.
Baca juga: Nike Air Max 97 Bergaya Tie-Dye dengan Sentuhan Chicago
Keunikan dari Our Trashes ada pada sentuhan desain dan warna. Mereka mengubah baju bekas menjadi lebih cantik dan bernilai seni dengan sentuhan teknik tie dye.
Tye die adalah teknik mewarnai kain dengan cara mengikat sebelum dilakukan pencelupan. Di Indonesia, teknik ini dikenal dengan nama jumputan.
Teknik pewarnaan kain ini terkenal di Jepang sejak zaman Nara atau sekitar 552-794 sebelum masehi.
Di Amerika Serikat, tie dye populer di tahun 1969 pada era hippie, dan kini kembali booming.
Penggunaan teknik ini membuat warna dan corak kain lebih beragam. Pola garis pada desain pun berbeda di setiap kainnya.
Beberapa tahun ke belakang, teknik ini kembali digandrungi. Bahkan, sejumlah brand ternama seperti Prada, memproduksi pakaian abstrak dan penuh warna ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.