Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Saat Kita Sudah Mulai Bosan #DiRumahAja...

Kompas.com - 08/05/2020, 10:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Meylisa Permata Sari, SPsi, MSc

SUDAH lebih dari dua bulan sejak kita diminta untuk di rumah saja (#diRumahAja) demi mencegah penyebaran lebih lanjut dari Covid-19.

Masa pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pun masih akan berlangsung setidaknya hingga 22 Mei 2020, bahkan dapat diperpanjang tergantung dari angka penyebaran virus corona ini.

Kebijakan ini membuat kita mau tidak mau menghabiskan hari dengan berdiam di satu tempat saja. Tidak sedikit yang sudah mengeluh ingin pandemi ini cepat berakhir karena sudah bosan.

Apa itu bosan?

Salah satu kesalahpahaman terbesar yang kita miliki adalah anggapan bahwa kalau bermain game, ada handphone, menonton film, mengerjakan tugas/bekerja, harusnya kita terhindar dari kebosanan.

Pada kenyataannya, kebosanan juga dapat dialami saat kita merasa kosong (hampa) karena tidak ada hal baru untuk dilakukan, ataupun saat ada perasaan terperangkap karena tidak dapat melakukan kegiatan yang diinginkan.

Jadi, walaupun dapat bermain game seharian, hal itu tidak menjamin untuk kita tidak akan merasa bosan. Mungkin saja bukan main game yang yang sebenarnya ingin kita lakukan.

Perasaan kosong dan terperangkap tersebut tetap dapat muncul dan dapat mengganggu kesehatan mental jika tidak segera diatasi.

Kebosanan versus kesehatan mental

Kebosanan mungkin hal yang dianggap biasa terjadi dan akhirnya menganggap remeh akan dampaknya.

Marc Wittmann, PhD, seorang peneliti dari Jerman, menemukan bahwa saat berada dalam kebosanan, kita akan sangat sensitif dengan keberadaan diri sendiri dan dengan berlalunya waktu waktu. "I experience myself in an unpleasant way while time seems to pass much too slowly," lanjutnya.

Hal ini dapat berlanjut pada mudahnya kita mengalami emosi negatif, seperti menyadari kosongnya hari, frustasi, merasa tidak berdaya, cemas, dan bahkan depresi.

Lalu, apa yang dapat kita dilakukan untuk menghadapi kebosanan serta memperkuat mental kita?

Tips mudah mengatasi kebosanan

Penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa dengan membuat rutinitas yang bermakna, maka kita dapat menghindari kebosanan.

Denrich Suryadi, seorang dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara dan psikolog senior di Morphosa, memberikan beberapa aktivitas yang mudah diikuti untuk menghindari kebosanan yang juga bermanfaat bagi kesehatan mental kita.

Tetap menjalin hubungan dengan orang-orang terdekat. Saat berada dalam kebosanan, ataupun masa sulit seperti ini, kita memerlukan dukungan sosial yang sehat dan kuat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com