Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencuri dan Pembohong Punya Otak Lebih Kecil, Benarkah?

Kompas.com - 12/05/2020, 12:34 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian mengungkapkan fakta yang mengejutkan tentang orang-orang yang suka mencuri, menggertak, dan berbohong.

Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry, Februari 2020.

Disebutkan, orang yang suka mencuri, menggertak, dan berbohong mempunyai otak lebih kecil dibandingkan dengan orang kebanyakan.

Perilaku antisosial yang persisten semacam itu ternyata, menyebabkan perubahan abnormal pada struktur otak.

Baca juga: Bermain Drum Berdampak Positif Bagi Kerja Otak

Kesimpulan ini juga mendapatkan bukti, orang yang menunjukkan perilaku antisosial, mempunyai perbedaan neuropsikologis yang mendasarinya.

Perilaku tersebut antara lain, berbohong, mencuri, impulsif, agresi, dan kurang perhatian terhadap orang lain.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan memindai dan menganalisis hasil MRI dari 700 orang.

Para sukarelawan tersebut dibagi dalam tiga kelompok, yang dikategorikan berdasarkan perilaku mereka.

Kelompok pertama adalah orang-orang yang tidak memiliki riwayat perilaku antisosial yang persisten.

Kelompok kedua adalah orang dengan gangguan perilaku antisosial hanya pada masa remaja.

Baca juga: Yang Terjadi pada Otak Ketika Kita Berhenti Pakai Make Up

Lalu, kelompok ketiga adalah mereka menunjukkan perilaku antisosial sepanjang hidup.

Perbedaan karakteristik otak ditemukan pada 80 responden yang menunjukkan perilaku antisosial yang persisten hingga melewati masa remaja. 

Responden berusia 45 tahun yang menunjukkan perilaku antisosial sejak kecil memiliki luas permukaan otak yang lebih kecil.

Permukaan korteks -bagian otak yang terkait dengan perilaku semacam itu, pun ditemukan lebih tipis dibanding ukuran pada umumnya.

Hasil MRI konsisten memang mengungkap, individu dengan perilaku antisosial persisten memiliki luas permukaan otak rata-rata lebih kecil.

Demikian pula dengan ketebalan kortikal rata-rata lebih rendah, dibandingkan orang yang tidak menunjukkan perilaku serupa.

Baca juga: Orangtua Depresi Terbukti Pengaruhi Perkembangan Otak Anak

"Mungkin ada perbedaan struktural dalam otak mereka yang membuat sulit untuk mengembangkan keterampilan sosial."

Demikian dikatakan Dr Christina Carlisi dari University College of London, selaku penulis utama penelitian ini.

Carlisi menambahkan, orang-orang dalam kondisi semacam itu justru membutuhkan lebih banyak empati.

Mereka, diyakini Carlisi, dapat memeroleh manfaat dari lebih banyak dari dukungan yang muncul di sepanjang hidupnya.

Baca juga: Pola Makan ala Barat Berdampak pada Fungsi Otak

Meski demikian, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan hubungan sebab akibat yang lebih kuat antara perilaku antisosial dan struktur otak yang abnormal.

Juga perlu dimasukkan pertimbangan, apakah perbedaan struktural tersebut adalah hasil dari genetika atau lingkungan, yaitu gaya hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com